Page 278 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 278
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
4.6 Sidang Ketiga Chuo Sangi-in, 7 – 11
Mei 1944 : Memperdalam Kesadaran dan
Persaudaraan di antara Rakyat
Sidang Ketiga Chuo Sangi-in ini membicarakan tentang
“bagaimana cara menyadarkan seluruh penduduk akan kewajibannya,
serta mempergiat kerja sama dalam suasana persahabatan dengan tidak
mengenal perbedaan bangsa, pekerjaan, dan pangkat”. Sebelum Ketua
Chuo Sangi-in membuka sidang, ia terlebih dulu diperkenalkan anggota
baru, yaitu R. Drajat Sosrohadisubroto, menggantikan Ir. Rooseno yang
baru saja diangkat menjadi Guru Besar Sekolah Teknik Tinggi Bandung.
Pada penjelasan pertanyaan Saiko Shikikan, Somubucho mengatakan
bahwa tujuan pemerintah Jepang adalah menciptakan dan mendirikan
ketertiban yang berdasarkan keadilan dan perikemanusiaan, maka
merupakan kewajiban seluruh penduduk Jawa untuk menyelesaikan
perang. Dalam hal persahabatan di antara penduduk, ia mengatakan
bahwa Jawa Hokokai telah berusaha memperbaikinya, karena menurut
Somubucho, “Pemerintah Belanda telah meninggalkan sisa-sisa
politik memecah belah”. Setelah Somubucho memberikan penjelasan,
Zimukyokucho memberikan keterangan tentang tindakan yang
dilakukan oleh Pemerintah Militer Jepang, sehubungan dengan jawaban
dan usul Chuo Sangi-in pada sidangnya yang pertama dan kedua.
Pada sidang hari kedua, kesempatan pertama diberikan oleh
Ketua Chuo Sangi-in kepada B.P. Puruboyo untuk menyatakan
Menurut Oey
pendapatnya terkait pertanyaan yang diajukan oleh Saiko Shikikan.
Tjong Hauw, pada Kesempatan berikutnya diberikan kepada Oey Tjong Hauw, K.H.
masa perang, Mas Mansur. dan R.P. Suroso. B.P. Puruboyo menyatakan bahwa
setiap orang harus upaya memperkokoh kebaktian dalam menghadapi perang bertujuan
untuk menyempurnakan usaha dalam menyadarkan seluruh lapisan
mampu menjadi
penduduk tentang kewajibannya.
manusia yang Menurut Oey Tjong Hauw, pada masa perang, setiap orang
baru, atau dalam harus mampu menjadi manusia yang baru, atau dalam arti sanggup
arti sanggup menghadapi kesukaran dan siap berkorban. Dalam hal pembagian
kewajiban, pembagian harus dilakukan dengan menjauhkan rasa
menghadapi
perbedaan bangsa karena hal ini merupakan rintangan terbesar dalam
kesukaran dan usaha mempererat hubungan persaudaraan di kalangan penduduk. K.H.
siap berkorban. Mas Mansur, dengan merujuk pada hukum-hukum Islam, berpendapat
bahwa perlu diusahakan perluasan propaganda guna menginsyafkan
rakyat, agar timbul rasa kesadaran dan ketakwaan pada rakyat. Mas
dpr.go.id 276
A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd 276 11/18/19 4:51 AM