Page 404 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 404

K omite Nasional  Indonesia Pusa t
                                                                                                       1945 – 1949


                                                   tetap tidak menerima kepemimpinan Belanda dalam Uni Indonesia-
                                                   Belanda yang akan dibentuk, maka perundingan sebaiknya dihentikan
                                                   saja. Lebih jauh lagi, Belanda juga menyatakan akan segera mendirikan
                                                   pemerintahan sementara di Indonesia dan menyerahkan kekuasaan
                                                   kepada wakil-wakil daerah/negara. Semua ini akan dilakukan Belanda
                                                   tanpa perundingan dengan Pemerintah RI. PM Hatta segera merespon
                                                   pernyataan Belanda ini dengan menyampaikan kepada Komisi Tiga
                                                   Negara (KTN) bahwa RI menolak segala upaya yang dilakukan Belanda
                                                   untuk kembali berkuasa di Indonesia.
                                                         Selanjutnya, PM Hatta melakukan perundingan rahasia dengan
                                                   KTN untuk membahas permasalahan ini lebih jauh. PM Hatta juga
                                                   memilih untuk berkomunikasi secara terbatas dengan BP KNIP, yaitu
                                                   hanya kepada pimpinan fraksi-fraksi dalam KNIP, seperti Ketua KNIP
                                                   Mr. Assaat (non-partai), Wakil Ketua I KNIP Iskandar Tejasukmana
                                                   (Sumatera), Syamsudin (Masyumi), Mangunsarkoro (PNI), dan Abdul
                                                   Halim (non-partai).  Dengan komunikasi cara ini, banyak anggota
                                                                     654
                                                   dalam BP KNIP yang menaruh kecurigaan kepada PM Hatta. Hal ini
                                                   diperburuk dengan adanya fraksi-fraksi dalam KNIP yang menolak
                                                   kepemimpinan PM Hatta di kabinet sejak awal. Kecurigaan yang ada
                                                   pada BP KNIP kepada Kabinet Hatta membuat perundingan dengan
                                                   KTN semakin terbatas, hingga akhirnya dihentikan.
                                                         Pada tanggal 19 Desember, Belanda melancarkan serangan
                                                   kepada Yogyakarta dan memulai Agresi Militer Belanda II. Pemimpin-
                                                   pemimpin Indonesia yang berada di Yogyakarta ditangkap oleh Belanda,
                                                   di antaranya adalah ketua dan para pemimpin fraksi dalam BP KNIP
                                                   Darurat yang berdomisili di Yogyakarta sejak Agresi Militer Belanda
                                                   I, seperti Mr. Assaat, Iskandar Tejasukmana, dan Mangunsarkoro.
                                                   Penangkapan anggota-anggota BP KNIP membuat badan ini berhenti
                                                   berjalan selama beberapa waktu. Agresi Militer Belanda II juga
                                                   memakan korban Ketua KNIP Periode November 1945 – Januari 1946,
                                                   Supeno, yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Pembangunan dan
                                                   Pemuda pada Kabinet Hatta.  Ia ditembak oleh pasukan Belanda di
                                                                              655
                                                   Desa Ganter, Nganjuk pada tanggal 24 Februari 1949.




                   Gambar 1. Supeno, Ketua KNIP
                 Periode November 1945 – Januari
                    1946 yang Tewas dalam Agresi
                               Militer Belanda 2
               Sumber: https://pahlawancenter.com/supeno/  654  Warta Indonesia, 29 Desember 1948 dalam Deliar Noer dan Akbarsyah, 2005, Op.Cit., hlm. 219
                                                   655  Rosihan Anwar, 2002, In Memoriam: Mengenang Yang Wafat (Jakarta, Kompas), hlm. 132




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   403
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   403                                                               11/18/19   4:53 AM
   399   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409