Page 405 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 405

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   5.7.4  BP KNIP Mr. Assaat merespon
                                                   Peristiwa Madiun 1948

                                                         Peristiwa Madiun 1948 dikaitkan dengan kepemimpinan Musso,
                                                   pemimpin PKI, dan Amir Syarifuddin, mantan PM RI, dalam suatu
                                                   pemberontakan  di Madiun, Jawa Timur. Amir Syarifuddin juga adalah
                                                   pemimpin Sayap Kiri Front Demokrasi Rakyat (FDR) dalam KNIP yang
                                                   kerap mengkritik dan tidak menyetujui langkah-langkah yang diambil
                                                   oleh Kabinet Hatta. Pada hari terjadinya Peristiwa Madiun, yaitu
                                                   tanggal 19 September 1948, para anggota FDR dan PKI menguasai
                                                   kota Madiun, membunuh Gubernur Jawa Timur R.M. Suryo, seorang
                                                   nasionalis bernama Dr. Muwardi, dan juga beberapa tokoh politik
                                                   dan agama di Madiun, serta mengklaim berdirinya “Republik Soviet
                                                   Indonesia”. Presiden Soekarno segera merespon keadaan dengan
                                                   menyatakan bahwa negara dalam keadaan bahaya dan mengeluarkan
                                                   pernyataan melalui RRI Yogyakarta, yaitu “Pilih Musso dengan PKI-nya
                                                   atau pilih Soekarno-Hatta”.
                                                         Pada tanggal 20 September 1948, BP KNIP segera bersidang
                                                   untuk membahas mengenai langkah-langkah yang perlu diambil
                                                   terkait peristiwa ini. Sidang BP KNIP mendengar penjelasan Hatta
                                                   tentang perkembangan situasi politik dan posisi RI setelah terjadinya
                                                   Pemberontakan Madiun. Selanjutnya, Hatta mengajukan kepada
                                                   BP KNIP mengenai RUU yang mengusulkan untuk memberian
                                                   kekuasaan penuh kepada Presiden selama tiga bulan untuk mengatasi
                                                   pemberontakan di Madiun.
                    Pada tanggal 20                      Anggota BP KNIP merespon usulan RUU yang diajukan Hatta.
                                                   K. Werdoyo (PBI), Syamsuddin (Masyumi), Maruto Nitimiharjo (Partai
                   September 1948,
                                                   Rakyat), Abidin (non-partai), Kasman Singodimejo (Masyumi), Ny.
                     BP KNIP segera                Rasuna Said (Sumatera), dan Iskandar Tejasukmana (Sumatera)

                    bersidang untuk                menyampaikan pendapat-pendapatnya. Diantara mereka, K. Werdoyo
                           membahas                tidak setuju dengan RUU ini karena sudah sesungguhnya negara telah
                                                   memiliki UU Keadaan Bahaya. Hatta menjawab dengan mengatakan
                            mengenai
                                                   bahwa UU Keadaan Bahaya saja tidak cukup untuk menjaga
                   langkah-langkah                 keselamatan negara, terutama untuk mengatasi pemberontakan FDR/

                           yang perlu              PKI. Ia mengharapkan dukungan sepenuhnya dari BP KNIP untuk
                                                                                            656
                       diambil terkait             segera bertindak menumpas pemberontakan.  RUU ini pada akhirnya
                                                   disetujui oleh BP KNIP.
                         peristiwa ini.
                                                         Di dalam tubuh KNIP sendiri terdapat dua kelompok yang


                                                   656  Nasional, 21 September 1948 dalam Deliar Noer dan Akbarsyah, 2005, Op.Cit., hlm. 213




                                       dpr.go.id   404





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   404                                                               11/18/19   4:53 AM
   400   401   402   403   404   405   406   407   408   409   410