Page 401 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 401

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   sidang tanggal 9–11 Juli 1948 dan 19–20 Agustus 1948. Terdapat tiga
                                                   mosi yang muncul dalam sidang-sidang BP KNIP ini, yaitu:
                                                         1.   Mosi Sartono (PNI) yang didukung oleh Prawoto
                                                            Mangkusasmito (Masyumi), Maruto Nitimiharjo (Partai
                                                            Rakyat), Tambunan (Parkindo), Gusti Johan (Kalimantan), dan
                                                            Syaranamual (Maluku). Mosi ini meminta kepada pemerintah
                                                            dan SOBSI untuk mengusahakan agar BTN (Badan Tekstiel
                                                            Negara) dan SOBSI segera mengadakan perundingan lagi
                                                            di Yogyakarta guna mencapai persetujuan secepatnya, dan
                                                            harus disaksikan oleh Panitia Angket BP. Mosi ini diterima
                                                            sidang BP dengan 15 suara melawan 2.
                                                         2.  Mosi Asrarudin (SOBSI) yang didukung oleh Fraksi FDR,
                                                            Suwarti, dan Krissubanu dari BTI (Barisan Tani Indonesia).
                                                            Mosi ini semata-mata berpihak kepada buruh yang mogok
                                                            di Delanggu, sehingga kemudian ditolak sidang dengan 13
                                                            suara melawan 15.
                                                         3.  Mosi Sajarwo (BTI), didukung oleh Nyoto (FDR), Werdoyo
                                                            (Buruh), dan Lobo (Nusa Tenggara), belum dapat diterima
                                                            oleh sidang karena adanya penundaan, tetapi kemudian
                                                            dilanjutkan dengan penyelesaian antara BTN dan SOBSI yang
                                                            ditengahi oleh PM Hatta.


                                                         Pemogokan buruh di Delanggu menarik perhatian, baik kelompok
                                                   sayap kanan maupun sayap kiri. Pihak sayap kiri mengeluarkan
                                                   maklumat pada tanggal 12 Juli 1948 yang membenarkan tindakan
                                                   buruh di Delanggu, dan ditandatangani oleh Amir Syarifuddin, Aidit
                                                   (PKI), Asmo (PBI), dan Sudisman (Pesindo). PM Hatta ikut membantu
                         Pemogokan                 menyelesaikan persoalan ini dengan bertemu SOBSI pada 14 dan 23 Juli

                              buruh di             1948. Pertemuan yang ditengahi oleh PM Hatta berhasil mengakomodir
                            Delanggu               kepentingan buruh dan fraksi-fraksi yang terkait. Masalah Pemogokan
                                                   Buruh di Delanggu dapat diselesaikan pada bulan Juli 1948.
                               menarik
                      perhatian, baik

                    kelompok sayap
                     kanan maupun

                             sayap kiri.









                                       dpr.go.id   400





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   400                                                               11/18/19   4:53 AM
   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405   406