Page 436 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 436

K omite Nasional  Indonesia Pusa t
                                                                                                       1945 – 1949


                                                         Dengan pelantikan Mr. Assaat sebagai acting presiden Republik
                                                   Indonesia di Yogyakarta, maka berarti negara itu merupakan satu dari
                                                   negara-negara yang berada di dalam negara Republik Indonesia Serikat
                                                   (RIS). RIS yang terbentuk pada akhir tahun 1949 tidak berusia panjang
                                                   karena pada bulan Agustus  tahun 1950,    negara federal itu berubah
                                                   menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
                                                           Paparan  panjang  dari  Volksraad  sampai KNIP ini  dapat
                                                   dilihat sebagai ‘benang merah’ yang menggambarkan sejarah
                                                   parlemen di Indonesia. Meskipun bukan parlemen  dalam arti yang
                                                   sesungguhnya, karena aspirasi masyarakat jajahan sering berbenturan
                   Banyak partai dan               dengan kepentingan pemerintahan kolonial, tetapi hal berharga dari
                         beragam latar             kehadiran Volksraad adalah pertama, karena lembaga ini memberi
                  belakang termasuk                pengalaman penting bagi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
                                                   kemerdekaannya. Kedua, merupakan pengalaman tersendiri bagi
                         ideologi yang
                                                   khususnya kaum pergerakan yang memilih taktik ko-operasi dengan
                disuarakan wakilnya                pemerintah kolonial untuk banyak mengetahui cara-cara perjuangan
                   di KNIP, membuat                melalui parlemen seperti Volksraad.
                        pemerintahan                       Chuo Sangi-In sejenis dewan pertimbangan bagi pemerintah
                                                   militer Jepang tidak dapat dikatakan sebagai parlemen. Bahkan
                            tidak stabil.
                                                   dibandingkan dengan Volksraad saja tidak sama. Pembentukan lembaga
                                                   ini lebih ditujukan semata-mata untuk kepentingan pemerintah
                                                   militer. Suara dari anggota Chuo Sangi-In, yang nota bene sepenuhnya
                                                   kaum pribumi hanya menjadi penguatan atas kebijakan yang diambil
                                                   untuk pemerintah pendudukan. Melalui Chuo Sangi-In juga misalnya
                                                   dukungan suara untuk pengerahan romusha, yang dipekerjakan untuk
                                                   membangun berbagai sarana dan prasarana perang dengan kondisi
                                                   yang sangat menyedihkan.
                                                           Dalam Indonesia  merdeka, bangsa Indonesia   dapat
                                                   sepenuhnya mengatur pemerintahan termasuk kehidupan legislatif.
                                                   Karakter “dua muka” KNIP di awal kemerdekaan mewarnai dinamika
                                                   kehidupan demokrasi bangsa yang baru merdeka. Dalam waktu yang
                                                   sangat singkat sudah terjadi pergeseran sistem pemerintahan dari
                                                   presidensial ke ministerial. Banyak partai dan beragam latar belakang
                                                   termasuk  ideologi  yang  disuarakan  wakilnya  di  KNIP,  membuat
                                                   pemerintahan tidak stabil. Keputusan  KNIP yang harus diambil untuk
                                                   mendukung kepada pemerintah Syahrir  dalam perjuangan diplomasi
                                                   diserang bertubi-tubi dari kaum oposisi. Begitulah sampai Wakil
                                                   Presiden Mohammad Hata harus mengancam ketika berpidato dalam
                                                   sidang KNIP di Malang 1947 dalam kaitan ratifikasi hasil Perundingan





                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   435
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 05 CETAK.indd   435                                                               11/18/19   4:53 AM
   431   432   433   434   435   436   437   438   439   440   441