Page 77 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 77

KIPRAH TAHUN KEDUA WAKIL KETUA DPR/KORINBANG DR. (H.C.) RACHMAT GOBEL

                    ia berperan  aktif dalam pembahasan dan penyusunan Daftar  Inventaris
                    Masalah (DIM)  untuk memberikan arahan agar substansi RUU dapat
                    meningkatkan pembangunan di daerah. Tujuannya adalah agar pengawasan
                    terhadap dana APBN yang disalurkan ke daerah serta APBD bisa berjalan
                    efektif dan dikelola secara efisien untuk keberhasilan pembangunan.
                       Dalam pembahasan di tingkat fraksi Partai NasDem ada beberapa poin
                    penting yang mendapat perhatian khusus Rachmat Gobel, untuk dimasukkan
                    ke dalam  Daftar Inventaris  Masalah  (DIM) dan  dibahas  di  Komisi  XI.
                    Diantaranya,  (1) perlu  perluasan  defenisi  daerah  penghasil,  dimana  yang
                    dimaksud  dengan daerah  penghasil  kriterianya  terdapat mulut  tambang,
                    sumur dan  industri;  (2) penambahan  presentase jumlah  pembagian  Dana
                    Bagi Hasil (DBH), dari semula 15% menjadi 18%; dan (3) fleksibelitas daerah
                    dalam melakukan pencarian dana di luar dari APBN. Tiga poin inilah yang
                    menjadi isu sentral yang dibawa Rachmat Gobel dan Fraksi Partai NasDem.
                       Dalam dinamika pembahasan di Komisi XI DPR RI, seluruh Fraksi yang
                    ada mendukung terbentuknya RUU ini, dan di targetkan pada akhir tahun
                    2021 pembahasan sudah selesai untuk kemudian disahkan menjadi Undang-
                    Undang.

                    RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP)
                       Melalui pembahasan  yang cukup  panjang,  pada  7 Oktober 2021 DPR
                    RI  menyetujui  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Harmonisasi Peraturan
                    Perpajakan  ini  menjadi  Undang  Undang.  RUU  ini  merupakan  perubahan
                    kelima atas UU Nomor 6 Tahun  1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
                    Cara Perpajakan. Diusulkan pemerintah  pada  5 Mei 2021 dengan surpres
                    Nomor: R-21/Pres/05.2021.   Saat itu pemerintah mengusulkan judul  dari
                    RUU ini adalah RUU Ketentuan Perpajakan (KUP), namun dalam dinamika
                    pembahasannya di DPR RI khususnya Komisi XI judul berubah nama menjadi
                    RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
                       RUU HPP lahir untuk mengantisipasi berbagai perkembangan yang harus
                    direspon agar roda pembangunan terus bisa bergerak cepat dan daya saing
                    ekonomi Indonesia bisa terus ditingkatkan. Setidaknya ada 3 (tiga) alasan
                    penting yang menjadi latar belakang kelahiran UU ini yakni (1) terjadinya
                    perlambatan pertumbuhan ekonomi global; (2) adanya potensi stagnasi
                    perekonomian  Indonesia (middle  income  trap); dan  (3) belum  optimalnya
                    daya saing.
                       Substansi UU HPP adalah mengatur mengenai reformasi kebijakan dan
                    administrasi  perpajakan.  UU  ini  mengusung  konsep  omnibus law  dengan
                    menyisir 3 undang-undang, yakni: UU  Ketentuan Umum  dan Tata Cara


                                                       59
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82