Page 11 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 11

PEND AHUL U AN




                                                  tidak percaya pada Soekiman, kemudian mandat diserahkan kembali
                                                  kepada Presiden Soekarno.
                                                        Setelah jatuhnya Kabinet Soekiman, Indonesia kembali
                                                  mengalami krisis pemerintahan. Dalam masa dua tahun sejak kembali
                                                  menjadi Negara Kesatuan RI, kabinet sudah berganti dua kali. Kondisi
                                                  ini mendorong Presiden Soekarno pada 1 Maret 1952 menunjuk Sidik
                                                  Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) menjadi
                                                  formatur, namun gagal membentuk Kabinet. Presiden Sokearno
                                                  kemudian menunjuk Wilopo sebagai formatur. Tim formatur ini
                                                  menghasilkan kabinet yang dipimpin oleh Wilopo (3 April 1952-3 Juni
                                                  1953).  Dalam menjalankan tugasnya, Wilopo dihadapkan pada adanya
                                                       4
                                                  krisis ekonomi, meningkatnya gangguan keamanan, dan ketidakpuasan
                                                  Jawa dan luar Jawa. Hal ini menyebabkan kondisi politik nasional
                                                  makin pelik.
                                                       Di sisi lain muncul peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan
                                                  TNI sebagai alat sipil sehingga memunculkan demo TNI di depan
                   Setelah jatuhnya
                                                  gedung Parlemen.  Kondisi semakin diperparah dengan adanya
                    Kabinet Wilopo,               peristiwa Tanjung Morawa di Deli Sumatera Timur. Pada Peristiwa
                  terbentuk kabinet               Tanjung Morawa terjadi bentrokan antara polisi dan petani liar yang

                      baru di bawah               didukung PKI sehingga mengakibatkan munculnya mosi tidak percaya
                                                  dari Serikat tani Indonesia terhadap Kabinet Wilopo, sehingga wilopo
                     kepemimpinan
                                                  menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada 2 Juni 1953. 5
                 Ali Sastroamidjojo                    Setelah jatuhnya Kabinet Wilopo, terbentuk kabinet baru di
                  pada 31 Juli 1953.              bawah kepemimpinan Ali Sastroamidjojo pada 31 Juli 1953. Kabinet
                                                  Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953-12 Agustus 1955) merupakan kabinet
                                                  keempat pada masa Demokrasi Parlementer. Kabinet Ali berhasil
                                                  melaksanakan  Konferesi  Asia  Afrika  yang  pertama  di  Bandung.
                                                  Namun, di samping keberhasilannya, Kabinet Ali juga dihadapkan pada
                                                  permasalahan pelik, baik politik maupun ekonomi. Kondisi tersebut
                                                  ditambah rumit dengan adanya konflik internal pendukung koalisi
                                                  di kabinet. Konflik PNI dan NU menyebabkan NU menarik mentri-
                                                  mentrinya dalam kabinet dan diikuti oleh partai lainnya. Walaupun
                                                  merupakan kabinet terlama di era parlementer,  Kabinet Ali tidak
                                                  mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Hubungan pemerintah
                                                  dan parlemen belum mampu menyelesaikan permasalahan yang
                                                  dihadapi negara.


                                                  4   Marwati Djoened Poesponegoro dan Noegroho Notosusanto, Sejarah nasional Indonesia Jilid
                                                     VI, Jakarta: Balai Pustaka, 2009, hlm. 309
                                                  5   Wilopo, Zaman Pemerintahan Partai-partai dan kelemahan-kelemahannya, Jakarta: Yayasan
                                                     Idayu, 1976.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   3
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16