Page 236 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 236
K ONS TELA SI POLITIK MA S A
DEMOKR A SI TERPIMPIN
sjarat-sjaratnja zaman! Tetapi apa jang berbahaja
ialah anggapan, bahwa segala apa jang asli-
Indonesia itu sudah lapuk dan tidak baik lagi.
Sikap jang demikian ini berbahaja, oleh karena ia
menjebabkan bahwa kita ini nanti hidup diatas
kekosongan, hidup tanpa landasan nasional, hidup
ontworteld tanpa akar, hidup “uprooted from our
origin , – hidup “klejang-klejang gumantung tanpa
tjantelan”. Bangsa jang demikian itu tidak hanja
kehilangan dasar jang sehat untuk bertumbh, –
tanpa bumi, tanpa sumber – , akan tetapi lebih
daripada itu: ia, mau ta’mau, besok pagi atau
besok lusa, nistjaja akan mendjadi permainan dan
adjang – kelananja kekuatan-kekuatan asing, baik
dilapangan politis maupun dilapangan ekonomis,
dilapangan sosial maupun dilapangan kebudajaan.
Bangsa jang demikian itu disegala lapangan tidak
mempunjai roman-muka sendiri. Roman-mukanja
bukan satu tjerminan daripada Isi Sendiri, tetapi
satu peringisan daripada Asing.
Alangkah
terharunja hati Alangkah terharunja hati saja tatkala saja
saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city.
mengundjungi Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan
Nasional Mexico. Saja terharu, tidak hanja oleh
suatu museum di karena tiap hal di museum itu tersusun amat rapih
Mexico-city. dan bermutu-kesenian tinggi, akan tetapi oleh
karena saja, tatkala hendak keluar dari museum
itu, tertarik oleh kata-kata salam perpisahan jang
dituliskan pada gerbang-penutup daripada museum
itu. Pada waktu itu, saja minta kepada anggota-
anggota rombongan saja, supaja memperhatikan
djuga kata-kata jang indah dan bermakna dalam itu.
Bunjinja sebagai berikut :
“We leave the museum behind, but not
history, because history continues with our life. The
motherland is a continuity, and we are all labourers
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 233
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018