Page 242 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 242

K ONS TELA SI POLITIK  MA S A
                                                                                         DEMOKR A SI TERPIMPIN



                                                  sendiri demi kelompoknya, tetapi sebaliknya mereka harus mampu
                                                  menyusun berbagai program pembangunan nasional yang merupakan
                                                  ujung dari realisasi visi-misi ketika mendirikan partai.
                                                       Melihat realitas kehidupan partai-partai politik dalam konstelasi
                                                  kehidupan politik pemerintahan, khususnya dalam bidang legislatif
                                                  dengan banyaknya berbagai target yang tidak penah tercapai sehingga
                                                  keinginan penyederhanaan partai-partai oleh Presiden Soekarno dapat
                                                  ditelusuri dari Pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1958, yaitu:


                                                                   “Sekali lagi:  sederhanakanlah kepartaian!
                                                             Sederhanakanlah-isi jiwanya, sederhanakanlah
                                                             jumlahnya. Sederhanakanlah isi-jiwanya, jangan
                                                             isi-jiwanya itu selintat-selintut seperti jiwa
                                                             tukang catut di pasar gelap! Sederhankanlah
                                                             jumlahnya, jangan jumlahnya itu berpuluh-puluh
                                                             buah seperti lalat hijau mengerumuni hidangan.
                                                             Ultra multi parti system tak sesuai dan tak dapat
                                                             dengan sebagai alat penyelenggaraan masyarakat
                                                             Res Publica...dengan zonder tendeng aling-aling
                                                             pula saja di sini menganjurkan dirobek-robeknya
                            Keputusan                        Maklumat Pemerintah nomer 3 Nopember 1945,
                   penyederhanaan                            yang menganjurkan-anjurkan diadakannya partai-

                     partai-partai ini                       partai, dan lalu menghidupakan dunia liberaisme
                                                             parlementer dalam Revolusi kita, yang sebenarnya
                   harus dijalankan
                                                             wajib dipimpin oleh kekuatan komando tetapi
                     karena dengan                           karenanya menjadi pecah belah sama sekali sampai
                 selesainya pemilu                           dewasa ini.” 300

                                   1955
                                                          Keputusan penyederhanaan partai-partai ini harus dijalankan
                                                  karena dengan selesainya pemilu 1955, konstelasi kehidupan politik
                                                  selalu tidak stabil yang ditandai dengan silih bergantinya kabinet
                                                  akibat dimunculkannya mosi tidak percaya dari satu partai atau
                                                  koalisi antarpartai, akibat ada persoalan yang tidak sesuai dengan
                                                  platform dari salah satu partai pengusung. Akibat kerusakan yang
                                                  lebih mendalam adalah tidak berjalannya pembangunan ekonomi
                                                  untuk kesejahteraan rakyat dan terhentinya pembangungan Revolusi
                                                  Nasional sebagaimana cita-cita dari kemerdekaan kita 1945.


                                                  300  Soekarno, 1964, Di Bawah Bendera Revolusi, Cetakan Kedua, Jakarta: Panitia Penerbitan Di
                                                    Bawah Bedera Revolusi, hlm., 333.




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   239
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247