Page 291 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 291
DPR -GR D AN KEBIJ AKAN PAD A MA S A
DEMOKR A SI TERPIMPIN
5.2.4 Reaksi Terhadap Pembentukan
DPRGR
Tindakan pembubaran DPR hasil Pemilu 1955 dan pembentukan
DPR-GR tersebut mendapat reaksi keras dari partai-partai. Pada
bulan Maret 1960, beberapa partai mendirikan Liga Demokrasi. Liga
Demokrasi diketuai oleh Imron Rosyadi dari Nahdlatul Ulama (NU).
Anggota Liga Demokrasi terdiri dari beberapa tokoh partai politik
seperti Masyumi, Parkindo, Partai Katolik, Liga Muslimin, PSI, dan IPKI.
Mereka menyatakan bahwa kebijakan Presiden membubarkan DPR
Hasil Pemilu Pertama (1955) serta membentuk DPR-GR merupakan
tindakan yang tidak tepat. Liga Demokrasi mengusulkan agar dibentuk
Tindakan DPR yang demokratis dan konstitusional.
397
pembubaran DPR Tokoh-tokoh lain yang tidak menjadi anggota Liga Demokrasi
juga menyatakan keberatan terhadap pembubaran DPR Hasil Pemilu
hasil Pemilu 1955
tahun 1955, misalnya tokoh-tokoh seperti Mr. Sartono dan Mr. Iskaq
dan pembentukan Cokrohadisuryo (PNI). Di samping itu, juga muncul reaksi keras dari
DPR-GR tersebut Masjumi dan Partai Rakjat Indonesia (PRI). Sutomo dari PRI lewat
mendapat pengaduannya yang disampaikan pada tanggal 22 Juni 1960 dengan
tegas menyatakan bahwa kabinet yang dipimpin Sukarno melakukan
reaksi keras dari
pelanggaran terhadap UUD 1945. Pelanggaran yang dilakukan adalah
partai-partai. membubarkan Parlemen Republik Indonesia hasil pilihan rakyat.
Menurut Sutomo, tindakan pembubaran parlemen hasil pilihan rakyat
merupakan tindakan yang sewenang-wenang. Dikatakan sewenang-
398
wenang karena ada paksaan untuk menerima Manipol tanpa diberi
waktu terlebih dulu untuk mempelajarinya. Selain itu, ada paksaan
untuk bekerja sama antara golongan nasionalis, agama, dan komunis.
Reaksi-reaksi yang dilancarkan beberapa partai tersebut
ditanggapi oleh Presiden Sukarno dengan merencanakan pembubaran
partai-partai. Rencana pembubaran partai-partai ini ditentang oleh
PNI dan PKI sehingga Presiden Sukarno tidak jadi membubarkannya.
PNI dan PKI merupakan partai yang sangat dekat dengan Presiden
Sukarno saat itu, sehingga suaranya cukup didengar oleh Presiden
Sukarno. Sementara itu, Partai Masyumi dan PSI yang terlibat
pemberontakan PRRI/Permesta tetap dibubarkan pada tanggal 17
Agustus 1960 oleh Presiden Sukarno.
399
Ikut sertanya PKI dalam kehidupan perpolitikan Indonesia
397 Marbun, B.N., op.cit., hlm. 116-117
398 Ibid.
399 Ibid.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 289
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018