Page 345 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 345
DPR -GR MINUS PKI:
PENYEGAR AN MENYAMBUT ER A B AR U
terdiri atas 4 calon dari Karya Non ABRI dan 4 calon dari Karya ABRI
(AD, AU, AL, dan AK). Calon-calon tersebut diajukan secara bersamaan
dalam rapat pleno Golongan Karya Besar (ABRI dan Non ABRI) yang
khusus diadakan untuk menentukan pemungutan suara, yang hadir
sejumlah 75 anggota dari jumlah keseluruhan 134 anggota sidang
Golongan Karya Besar. Kemudian dua calon di antaranya terpilih
sebagai calon ketua dari Golongan Karya. Hasil pemilihan itu antara lain
14 suara bagi Dachlan Ranuwihardjo, SH, 8 suara untuk Tb. A. Suchary
Chatib, 7 suara untuk Syech Marchaban, 6 suara untuk Brigjen (Pol)
Abdulrachman Setyowibowo, 4 suara untuk Kapten (U) Moch. Busroh, 3
suara untuk Ratu Aminah Hidayat, 54 suara untuk Laksda (L) Mursalin,
D.M., dan 52 suara bagi Brigjen Prof. Dr. Syarif Thayeb.
6.1.1 Kemelut Politik Nasional:
Demonstrasi Menuntut Stabilitas Sosial
Politik
Memasuki tahun 1966, desakan rakyat kepada pemerintah
untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan politik makin besar. Menko
Hankam/Kasab Jenderal A.H. Nasution dalam pidato di hadapan
perwira remaja lulusan AIP menjelaskan situasi nasional terkini bahwa
petualangan Gerakan 30 September/Gestapu didalangi oleh PKI, yang
Memasuki tahun
telah mempersiapkan dari pusat hingga daerah dengan komando dari
1966, desakan Ketua Central Comite (CC) PKI, D.N. Aidit. Menurut Nasution, hal
rakyat kepada tersebut mengacu pada pengakuan Letkol Untung, Latief, Nyono, dan
pemerintah untuk pelaku-pelaku lain. Untuk itu, Nasution berpesan penyelesaian kasus
ini jangan sampai dilandasi dengan unsur dendam.
495
menciptakan
Demonstrasi terhadap pemerintah meletus pada 10 Januari 1966
stabilitas ekonomi di depan Sekretariat Negara, Jakarta. Massa yang terdiri atas organisasi
dan politik kepemudaan dan mahasiswa seperti Ansor, Pemuda Muhammadiyah,
makin besar. GMKI, GAMKI, GSNI, Pemuda Marhaenis, HMI, Pemuda Katholik, dan
lain-lain (tergabung dalam Front Pemuda) mengantarkan delegasi Front
Pemuda Pusat yang dipimpin oleh Yahya Ubeid, SH dan mendesak
kepada pemerintah untuk segera mencabut semua peraturan kenaikan
tarif yang pada hakikatnya menyusahkan rakyat kecil. Front Pemuda
496
secara prinsipil tidak dapat membenarkan kebijaksanaan ekonomi
yang diambil oleh pemerintah, sehingga menyebabkan kenaikan harga
495 Angkatan Bersendjata, 3 Januari 1966.
496 Angkatan Bersendjata, 10 Januari 1966.
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 345
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018