Page 77 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 77
D ARI DPR HA SIL PEMIL U 1955
KE DPR -GR
bisa dilepaskan begitu saja dari terpusatnya kekuasaan negara ke
tangan Presiden Soekarno. Alamiahnya dalam dunia politik, akan
banyak politisi dan partai politik yang akan mencari simpati dan
merapat pada presiden. Seperti ditulis Eliseo J. Rocamora bahwa
banyak tokoh politik meyakini bahwa satu-satunya cara mencari
popularitas hanya ada di balik simpati Soekarno. Oleh karena itu,
114
menentang Presiden Soekarno sebagaimana yang Liga Demokrasi
tunjukkan dianggap terlalu riskan, bahkan dinilai hanya akan menemui
kegagalan. Soekarno juga, di sisi lain, bukanlah pemain politik kemarin
sore. Dalam berhadapan dengan partai-partai politik Islam misalnya,
dengan lihai ia merangkul NU sembari menjadikan Masyumi makin
“terasing”.
Berada dalam barisan yang merapat ke Soekarno, PKI
tentu saja menjadi representasi dari partai yang paling antipati
terhadap pembentukan liga. Sebagai partai yang secara ideologis
mengedepankan sikap anti-multipartai, PKI tentu saja berhadapan
dengan Liga Demokrasi yang justru menginginkan terbangunnya
sistem pemerintahan multipartai. Meskipun demikian, PKI terlihat
masih bersikap cukup hati-hati untuk menyerang liga. PKI tampaknya
menghindari persinggungan dengan Angkatan Darat yang masih
menunjukkan sikap “abu-abu” terhadap Liga Demokrasi.
Akan tetapi, perlawanan PKI pada Liga Demokrasi juga bukannya
tidak terang-terangan. Harian Rakyat yang merupakan media corong
PKI misalnya, kerap memuat tulisan yang mengecam eksistensi Liga
Harian Rakyat Demokrasi. Karikatur-karikatur yang ditampilkan koran ini juga
tanggal 10 Juni beberapa kali mengejek keberadaan liga yang dikaitkan juga dengan
1960 pernah DPR-GR.
memuat Harian Rakyat tanggal 10 Juni 1960 pernah memuat karikatur
yang menggambarkan sosok berbadan tegap, berpeci, serta di dadanya
karikatur yang
tercantum tulisan DPR-GR. Sosok tersebut tengah sibuk membangun
menggambarkan rumah baru. Sosoknya lebih mirip Soekarno. Badan tegap berotot
sosok berbadan bagaimanapun merupakan simbol kekuatan. Di belakangnya melayang
tegap, berpeci, sosok bertuliskan Liga Demokrasi, yang menggelembung karena
ditiup seperti balon dan siap memukul. Gambar yang menyimbolkan
serta di dadanya
keberadaan Liga Demokrasi yang terlihat besar bukan karena
tercantum tulisan sebenarnya besar. Gambar tersebut juga menyimbolkan sesuatu yang
DPR-GR. hanya berani memukul dari belakang. Lalu di bawah gambar tersebut
114 Eliseo J. Rocamora, Nasionalisme Mencari Ideologi : Bangkit dan Runtuhnya PNI (1946-1965),
Jakarta : Grafiti Pers, 1991, hlm. 385
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 71
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018