Page 72 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 72

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  dilarang terbit, bahkan keluar pula larangan membaca, menyiarkan,
                                                  bahkan menyimpannya.
                                                       Pada bagian awal tulisannya, Hatta langsung menukik dengan
                                                  bahasan mengenai adanya keganjilan dalam struktur pemerintahan
                                                  yang sedang berlangsung, baik dalam tubuh eksekutif maupun legilatif.
                                                  Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.


                                                                   “… sejak dua-tiga tahun terakhir ini, terlihat
                                                             benar tindakan-tindakan pemerintah yang
                                                             bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
                                                             Presiden yang menurut Undang-Undang Dasar
                                                             1950 adalah presiden konstitusional yang tidak
                                                             bertanggung jawab atas pembentukan kabinet, dan
                                                             tidak dapat diganggu gugat, mengangkat dirinya
                                                             sendiri menjadi formatur kabinet. Dengan itu,
                                                             dia melakukan suatu tindakan yang bertanggung
                         Pada bagian                         jawab tetapi tidak memikul tanggung jawabnya.

                    awal tulisannya,                         Pemerintahan yang dibentuk dengan cara yang
                                                             ganjil itu diterima begitu saja oleh parlemen, dengan
                     Hatta langsung
                                                             tidak menyatakan keberatan yang prinsipil. Malahan
                   menukik dengan                            ada yang membela tindakan Presiden dengan dalil
                bahasan mengenai                             “keadaan darurat”. Kemudian Presiden Soekarno

                  adanya keganjilan                          membubarkan Konstituante yang dipilih rakyat,
                                                             sebelum pekerjaan mereka membuat Undang-
                      dalam struktur
                                                             Undang Dasar baru selesai. Dengan suatu dekrit,
               pemerintahan yang                             Presiden menyatakan berlakunya kembali Undang-
              sedang berlangsung,                            Undang Dasar 1945.

                  baik dalam tubuh                                 Menurut Undang-Undang Dasar 1945,
                                                             Presiden Republik Indonesia adalah kepala eksekutif.
                  eksekutif maupun
                                                             Parlemen yang ada menurut Undang-Undang Dasar
                                legilatif.                   1950 dan tersusun menurut pemilihan umum 1955
                                                             diakui sebagai Dewan Perwakilan Rakyat sementara,
                                                             sampai terbentuk Dewan Perwakilan Rakyat baru
                                                             berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Sungguh
                                                             pun tindakan Presiden itu bertentangan dengan
                                                             Konstitusi dan merupakan suatu coup d’etat, dia
                                                             dibenarkan oleh partai-partai dan suara yang
                                                             terbanyak di Dewan Perwakilan Rakyat. Golongan
                                                             minoritas menganggap perbuatan Presiden





                                     dpr.go.id   66
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77