Page 69 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 69
D ARI DPR HA SIL PEMIL U 1955
KE DPR -GR
CENDEKIAWAN dalam Lembaga Demokrasi
Terpimpin, hingga merasa didudukkan dalam posisi
yang sangat tidak enak…
Selain daripada itu dalam sejarah perjuangan
kemerdekaan Tanah Air yang berwujud REVOLUSI
NASIONAL, yang dicetuskan pada tanggal 17 Agustus
1945 dan berlangsung hingga hari ini, nama saya
senantiasa tercatat sebagai salah satu dari tokoh-
tokoh terkemuka Masyumi…, hingga sukarlah
kiranya diharapkan daripada saya suatu sikap,
yang mengandung unsur “KETIDAK PERWIRAAN”
bahkan yang bersifat KERENDAHAN BUDI, jika
seumpama sampai terjadi MASYUMI dieksitkan
dari, dan saya sedia dimasukkan dalam DPRGR !” 92
Berbeda dengan Sukiman, Jusuf Wibisono menerima
pengangkatannya sebagai anggota DPR-GR mewakili golongan buruh.
Ia beralasan bahwa komposisi DPR-GR tidak berbahaya bagi Islam,
sekalipun lembaga ini akan menjadi lebih kuat bila Masyumi ikut serta.
93
Apa pun alasannya, Masyumi di bawah pimpinan Prawoto menganggap
Jusuf telah “melanggar disiplin partai”. Bahkan di kalangan partai ada
yang menyebutnya sebagai pengkhianat, menohok kawan seiring,
menggunting dalam lipatan, dan menikam dari belakang. Kemudian,
Jusuf dibebaskan dari keanggotaan partai. 94
Reaksi terhadap pembentukan DPR-GR juga datang dari
beberapa politisi PNI, di antaranya Iskaq Tjokroadisuryo dan Mr.
Sartono. Sartono yang merupakan tokoh kawakan PNI dan Ketua
Berbeda dengan DPR hasil Pemilu 1955 menyatakan prihatin dengan perkembangan
Sukiman, Jusuf keadaan. Sementara itu, Iskaq bahkan menyatakan bahwa anggota PNI
Wibisono yang duduk di DPR-GR tidak mewakili PNI. Hubungan mereka dengan
PNI tidak ada lagi, sebab mereka duduk dalam DPR-GR atas hasil
menerima penunjukan. Namun, ketidakpuasan PNI ini tidak berlangsung lama.
95
pengangkatannya Setelah mendapat tekanan dari presiden dan dijanjikan penambahan
sebagai anggota kursi di DPR-GR dan kabinet, PNI menyerah. Melalui Nota Pimpinan
DPR-GR mewakili PNI tanggal 20 April 1960 partai ini pun akhirnya menyatakan
golongan buruh.
92 Cetak huruf besar berasal dari sumber aslinya. Lihat : Amir Hamzah Wiryosukarto (ed.), Wawasan
Politik Seorang Muslim Patriot : Dr. Soekiman Wirjosendjojo 1898-1974, Malang : Yayasan Pusat
Pengkajian, Latihan dan Pengembangan Masyarakat, 1984 : 301-302.
93 Duta Masyarakat, 5 April 1960, hlm. 1
94 Subagijo IN, Op. Cit., hlm. 239
95 Poesponegoro dan Notosusanto, Op. Cit., hlm. 314-315
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 63
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018