Page 73 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 73

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                             itu sebagai suatu perkosaan, tetapi mereka
                                                             menyesuaikan dirinya dengan kenyataan yang baru
                                                             itu. Dengan pendirian seperti itu, Dewan Perwakilan
                                                             Rakyat sudah melepaskan sendiri hak kelahirannya.
                                                                   Tidak lama sesudah itu, Presiden Soekarno
                                                             mengambil langkah lagi. Setelah timbul perselisihan
                                                             dengan Dewan Perwakilan Rakyat tentang jumlah
                                                             anggaran belanja. Dengan suatu penetapan, Dewan
                                                             Perwakilan Rakyat dibubarkan, dan disusunnya
                                                             suatu Dewan Perwakilan Rakyat baru menurut
                                                             konsepsinya sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat
                                                             baru itu anggotanya 261 orang, separuh  terdiri
                                                             atas anggota-anggota partai, separuh lagi dari apa
                                                             yang disebut golongan fungsional, yaitu buruh, tani,
                                                             pemuda, wanita, alim ulama, cendekiawan, tentara,
                                                             dan polisi. Semua anggota ditunjuk oleh Presiden.
                                                             Anggota-anggota partai politik yang 130 orang itu
                                                             sebagian besar dipilihnya sendiri dari anggota-
                                                             anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang bersidang
                                                             sampai sekarang, dengan menyingkirkan sama
                                                             sekali anggota-anggota yang termasuk golongan

                    Bagi Mohammad                            oposisi”.  104
                    Hatta, keganjilan
                                                       Bagi Mohammad Hatta, keganjilan dalam sistem pemerintahan
                         dalam sistem             tersebut telah melemahkan fungsi DPR sebagai wakil rakyat, dan pada
                        pemerintahan              akhirnya, melahirkan penguasa diktatorial dan krisis demokrasi. Hatta

                        tersebut telah            juga menulis sebagaimana yang dikutip berikut ini.
                         melemahkan
                                                                   “Titik berat pemerintahan dan perundang-
                 fungsi DPR sebagai                          undangan tidak lagi pada parlemen, melainkan pada
                     wakil rakyat, dan                       dua badan baru, yaitu Dewan Pertimbangan Agung

                       pada akhirnya,                        dan Dewan Perancang Nasional.
                                                                   Dalam sistem ini, Dewan Perwakilan Rakyat
                            melahirkan
                                                             tugasnya hanya memberikan dasar-dasar hukum
                              penguasa                       kepada keputusan-keputusan yang ditetapkan
                        diktatorial dan                      pemerintah, berdasarkan pertimbangan-

                     krisis demokrasi.                       pertimbangan atau usul dari dua badan tadi.
                                                             Dengan cara begitu, menurut pendapat Soekarno,

                                                  104   Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Jakarta : Pustaka Antara, 1966, hlm. 6-8




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   67
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78