Page 222 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 222
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
Orde Baru. Di parlemen, Golkar berperan penting dalam upaya
193
menyederhanakan partai politik. Golkar bertindak sebagai eksekutor
rencana Pemerintahan Soeharto.
Nampaknya ada semacam kekhawatiran jika suara Golkar
dalam pemilu tidak penuh (100%), maka program kebijakan
Pemerintahan Soeharto akan terancam. Hal ini mudah dipahami bila
kita mengacu pada obsesi pemerintahan Orde baru tentang stabilitas
nasional, baik politik maupun keamanan, sebagai syarat mutlak bagi
terselenggaranya pembangunan. Pada pemilu tahun itu, Golkar menjadi
peserta yang paling tidak mampu untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan persentase suara. Golkar mengalami penurunan suara
bila dibandingkan dengan hasil pemilu 1971, sebesar 0,7%.
Dengan usaha Golkar yang sedemikian rupa dalam kampanye,
...kurangnya 0,7% dukungan yang dimilikinya dan strategi politiknya, kurangnya 0,7%
suara Golkar suara Golkar dalam skala nasional, dianggap sebagai kekalahan
dalam skala kelompok ini, dan kemenangan PPP. Kekuatan kampanye PPP dan
nasional, dianggap jumlah orang yang menghadirinya dalam rapat-rapat umum partai
sebagai kekalahan Islam itu, menunjukkan kesolidan basis massa PPP. Dalam artian lain,
kelompok ini... bagi banyak orang, masa depan PPP cerah di masa depan, dan Golkar
sebaliknya, suram di masa depan.
194
Demi mewujudkan obsesinya sebagaimana disebutkan
sebelumnya, pemerintahan Orde Baru mempersiapkan Pemilu 1971
secara seksama demi kemenangan kekuatan-kekuatan Pancasila
penyokong Orde Baru. Strategi pertama mereka untuk memenangkan
Pemilu 1971 ialah penggarapan partai politik (parpol) potensial dalam
Pemilu 1971. Pemerintahan Soeharto mempreteli kekuatan Partai
Nasional Indonesia (PNI) dan Masyumi. Cara mereka mempreteli PNI
bermula dengan menyingkirkan pemimpin pro-Soekarno dan berakhir
pada penutupan cabang-cabang PNI di daerah. Untuk melemahkan
Masyumi, Pemerintahan Soeharto melarang tokoh-tokoh teras
Masyumi seperti Mohamad Natsir, Mohamad Roem, dan Kasman
Singodimedjo duduk dalam Parmusi, partai baru pengganti Masyumi.
Pemerintahan Soeharto mendudukkan orang-orang pro-Orde Baru di
dua partai itu. Strategi kedua Pemerintahan Soeharto bertumpu pada
pengokohan semua kekuatan Pancasila dalam Sekber Golkar.
Pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto
193 Lihat bahasan pada Bab III buku ini mengenai Fusi Partai
194 R. Williams Liddle, Pemilu-Pemilu Orde Baru: Pasang Surut Kekuasaan Politik, Jakarta: LP3ES,
1992 hlm.l 47.
dpr.go.id 218
Bab IV.indd 218 11/21/19 18:13