Page 226 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 226

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   dan Soeharto ditempatkan pada bisnis-bisnis menggiurkan yang
                                                   berhubungan erat dengan Pertamina.
                                                            Akan tetapi ‘kisah sukses’ Pertamina itu tidak berlangsung
                                                   lama. Ibnu Sutowo dan para koleganya ketahuan belangnya. Awal
                                                   1975, diketahui bahwa Pertamina tidak sanggup membayar hutangnya
                                                   kepada bank asing senilai 100 juta dolar. 12 Maret 1975, pemerintah
                                                   mengeluarkan kebijakan untuk menjamin hutang Pertamina itu.
                                                   ‘Belang’ Pertamina ini hingga menyebabkan dampak ekonomi,
                                                   penignkatan dramatis, sampai empat kali lipat kenaikan nilai dolar
                                                   terhadap rupiah.  200
                                                           DPR melaporkan ada suatu pelanggaran yang dilakukan oleh
                                                   Pertamina pada tahun 1967-1969. Pertamina dituduh “mengemplang”
                                                   pajak sebesar US$ 6,8 Miliar, yang seharusnya dibayarkan sebagai
                                                   kewajiban Pertamina sebagai perusahaan negara yang menunjang
                                                   pembangunan.80 Hal ini tentu melanggar Undang-Undang No.
                                                   19  Tahun 1960 yang mengamanatkan  bahwa  Pertamina  harus
                                                   menyerahkan 55% keuntungannya untuk digunakan sebagai dana
                                                   pembangunan. Selain itu diketahui pula pada saat itu Pertamina
                                                   pun juga tidak membayar uang kompensasi data kepada pemerintah
                             Awal 1975,
                     diketahui bahwa               sebesar US$ 64 juta. Pada masa ini Pertamina dipimpin dan dikelola
                                                   oleh Ibnu Sutowo. Ibnu Sutowo pada awal tahun 70-an adalah sebuah
                       Pertamina tidak             nama besar nan kuat. Selain menyandang pangkat Letnan Jenderal,
                sanggup membayar                   Ibnu adalah direktur utama Pertamina. Sebuah perusahaan milik RI
                   hutangnya kepada                yang termasuk dalam daftar 184 perusahaan terbesar di luar Amerika

                    bank asing senilai             Serikat waktu itu. Perusahaan ini juga tiang utama ekonomi Indonesia
                         100 juta dolar.           yang masih compang-camping, baru lepas dari kekacauan zaman Orde
                                                   Lama.
                                                           Sejak Soeharto memegang tampuk kekuasaan sebagai Presiden,
                                                   Ibnu Sutowo diberikan mandat penuh untuk mengelola Pertamina. Hal
                                                   ini tentu sangat beresiko mengingat latar belakang Ibnu Sutowo yang
                                                   berstatus sebagai perwira militer. Pada masa Orde Lama hingga awal
                                                   Orde Baru, TNI secara nyata kebutuhan militer maupun non-militernya
                                                   tidak dapat dikatakan tercukupi oleh negara. Banyak praktek-praktek
                                                   illegal yang dilakukan oleh TNI pada saat itu demi mendaatkan “uang
                                                   tambahan” dalam mencukupi dana operasional TNI. Oleh karena itu
                                                   diketahui dari berbagai sumber bahwa TNI menggunakan berbagai
                                                   macam cara termasuk ekspansi dalam bidang bisnis untuk memenuhi



                                                   200  R. Williams Liddle, Op.Cit.,hlm.18.




                                       dpr.go.id   222





         Bab IV.indd   222                                                                                          11/21/19   18:13
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231