Page 228 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 228

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   Harapan yang besar dari hampir seluruh masyarakat Indonesia
                                                   bagi tumbuh dan berkembangnya Orde Baru, mulai menimbulkan
                                                   pertanyaan-pertanyaan.  Iklim demokrasi tampaknya semakin
                                                   cenderung bergerak ke arah yang bertentangan dengan prinsip
                                                   demokrasi itu sendiri. Fusi Partai 1973, tekanan untuk memilih Golkar
                                                   menjelang pelaksanaan Pemilu 1977, tindakan represif pada kalangan
                                                   mahasiswa dengan dibubarkannya Dewan Mahasiswa (Dema) se-
                                                   Indonesia pada tahun-tahun akhir periode 1970-an, diberlakukannya
                                                   Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi
                                                   Kehidupan Kampus (BKK), hingga semakin otoritariannya Presiden
                                                   Soeharto memasuki tahun 1980-an yang kemudian memancing reaksi
                                                   lahirnya Petisi 50, adalah beberapa dari rangkaian peristiwa politik
                                                   yang kemudian membuat anggota DPR terpilih  hasil pemilu 1977 ikut
                                                   mewarnai dinamika politik bangsa tersebut.


                                                   4.2. DPR Hasil Pemilu 1977

                                                            Pemilihan umum tahun 1977 merupakan pemilihan umum
                                                   kedua sejak  Orde  Baru. Pemilihan umum tahun  1977  maupun
                                                   sesudahnya didasarkan pada asas pemilihan umum yang bersifat
                                                   langsung, umum, bebas, dan rahasia, yang sering disebut asas Luber.
                                                   Yang dimaksud pemilihan umum yang bersifat: 202
                                                         1.  Langsung ialah rakyat pemilih mempunyai hak secara
                                                            langsung memberikan suaranya menurut hati nuraninya
                                                            tanpa perantara dantanpa tingkatan.
                                                         2.  Umum ialah pada dasarnya semua warga negara Indonesia
                      Iklim demokrasi                       yang mempunyai persyaratan minimal usia, yaitu telah
                            tampaknya                       berusia 17 tahun atau telah kawin berhak ikut memilih dalam

                semakin cenderung                           pemilihan umum, dan yang telah berusia 21 berhak dipilih.
                     bergerak ke arah                    3.  Bebas ialah bahwa tiap-tiap warga negara berhak memilih dan
                                                            menggunakan haknya dijamin keamanannya untuk melakukan
                 yang bertentangan                          pemilihan menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh,
                       dengan prinsip                       tekanan ataupun paksaan dari siapapun atau dengan apapun
                         demokrasi itu                      juga.
                                 sendiri.                4. Rahasia ialah para pemilih dijamin oleh peraturan, bahwa

                                                            tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan jalan apapun,

                                                   202  Kansil C. S. T. 1974. Inti Pengetahuan Pemilihan Umum. Jakarta: Pratya Paramita. HAL.86. Konsep
                                                      atau asas Luber ini sering mendapat kritik, karena dalam kenyataannya pelaksanaan Pemilu
                                                      pada masa Orde Baru dipenuhi dengan berbagai praktik kecurangan. Bebas  dan Rahasia lebih
                                                      bersifat jargon atau sloganistik saja. Lihat misalnya kritik Moh. Sobary, “Pesta Demokrasi Tanpa
                                                      Demokrasi: Luber dan Jurdil Cuma Kata-kata”, dalam J. Kristiady (peny.),1997. Menyelenggarakan
                                                      Pemilu Yang Bersifat Luber dan Jurdil, Jakarta: CSIS. Hal. 53—59.




                                       dpr.go.id   224





         Bab IV.indd   224                                                                                          11/21/19   18:13
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233