Page 346 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 346

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                         Selama mereka masih mau ke DPR, maka itu berarti masih
                                                   melalui saluran konstitusional. Demikian kebijaksanaan “pintu terbuka”
                                                   untuk periode 1977 1982. Bagaimau dengan kebijaksanaan DPR periode
                                                   1982-1987 Ketua DPR (H. Aminnachmud) selalu menekankan, bahwa
                                                   DPR adalah perangkat Demokrasi Pancasila, oleh karerianya maka
                                                   DPR wajib mengarnalkan dan mengamankan Pancasila dalam rangka
                                                   melaksanakan pelbagai tugas dan fungsinya. Berkaitan dengan itu maka
                       Selama mereka               DPR akan selalu berjalan dan rnenunjukkan dirinya mampu berpegang
                        masih mau ke               kepada peraturan-peraturan perundangan yang ada, tennasuk Tata
                         DPR, maka itu             Tertib DPR. Itulah sebabnya bila ada usulan-usulan dari masyarakat
                          berarti masih            sepanjang usulan tersebut sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945,
                       melalui saluran             maka akan ditampung, dilayani, sedang usulanusulan/aspirasi yang
                        konstitusional.            bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 tidak akan di1ayani/
                                                   diproses. lnilah yang dimaksud dengan istilah : DPR bukan “keranjang
                                                   sampah’’.


                                                         b.  Peristiwa Tanjung Priok
                                                         Rapat Kerja Gabungan Komisi I, II, III dan IX dengan Pangab/
                                                   Pangkopkamtib pada 2 Oktober 1984, untuk membicarakan masalah-
                                                   masalah yang berhubungan dengan peristiwa Tanjung Priok. Rapat
                                                   Kerja  Gabungan  ini  dihadiri  pula  oleh  segenap  Pimpinan  Komisi
                                                   yang lain. Hal ini sangat penting agar para Anggota Dewan mendapat
                                                   penjelasan  dari  tangari  pertama,  dan  dapat  menjelaskan  duduk
                                                   persoalan yang sebenarnya kepada rakyat di daerah-daerah, sewaktu
                                                   para Anggota mengadakan Kunjungan Kerja dan sebagainya.
                                                         Kesirnpulan yang diperoleh oleh Rapat Kerja Gabungan Komisi I,
                                                   II, III dan IX dengan PANGAB/P ANGKOPKAMTIB mengenai peristiwa
                                                   Tanjung Priok antara lain adalah:
                                                         Bahwa tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini
                                                   tindakan yang diambil oleh PANGKOPKAMTIB sepenuhnya dapat
                                                   dipahami  dan  diterima,  dan  dinilai  sangat  tepat  karena  Dewan
                                                   menyadari, apabila tidak dilakukan tindakan tegas, kemungkinan akan
                                                   jatuh korban lebih besar dan dapat menimbulkan gangguan stabilitas
                                                   nasional.
                                                         Peristiwa Tanjung Priok merupakan suatu akibat, dari hasutan
                                                   oleh oknum-oknum yang memang menginginkan timbulnya kekacauan
                                                   dan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari rangkaian
                                                   perbuatan penghasut dan penyebaran rasa kebencian dan permusuhan
                                                   terhadap  Pancasila,  Undangundang  Dasar  1945  dan  terhadap





                                       dpr.go.id   344





         Bab V.indd   344                                                                                           11/21/19   18:19
   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351