Page 475 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 475

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   Menurut UUD 1945, mekanisme pengawasannya adalah melalui hak
                                                   budget dan inisiatif.
                                                           Terkait dengan Kritikan DPR terhadap Pemerintah, dalam
                                                   tajuk rencana Kompas tanggal 9 Oktober 1991 muncul asumsi dalam
                                                   masyarakat bahwa anggota-anggota DPR RI yang dianggaap vocal
                                                   dan berani mengkritisi Pemerintah mendapatkan hambatan dalam
                                                   karier politiknya. Banyak anggota DPR 1987-1992 yang kemudian
                                                   masuk lagi dalam daftar calon untuk pemilu 1992. Sejumlah nama
                                                   kemudian dicoret atau diturunkan  urutannya.  Secara  kebetulan,
                                                   nama-naman yang dicoret atau diturunkan adalah mereka yang sering
                                                   mengemukakan pandangan kritis mereka. Menanggapi isu tersebut,
                        Lemahnya DPR               Presiden Soeharto saat menghadiri Rapat Pimpinan ABRI tahun 1991
                          dalam popular            sempat menyinggung fungsi Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden
                        control tersebut           Soeharto menegaskan bahwa tidak ada larangan bersuara vocal di
                     antara lain terlihat          DPR dan DPR juga tidak dilarang untuk melakukan kritik terhadap
                         dari banyaknya            Pemerintah asalkan berpegang teguh kepada Pancasila dan masih

                   kritik-kritik terhadap          dalam batas-batas kewenangan dan sesuai dengan aturan permainan.
                                       DPR.        Pernyataan Presiden Soeharto tersebut oleh kalangan dianggap
                                                   bersifat retorika politik yang bersifat formal karena tidak menjelaskan
                                                   bagaimana ukuran berpegang teguh terhadap Pancasila, dimana
                                                   batas-batas kewenangan dan bagaimana aturan permainan itu.
                                                                                                                 318
                                                   Sehingga belum dapat menghilangkan persepsi masyarakat bahwa
                                                   dunia politik, termasuk DPR masih mendapat pengaruh dominandari
                                                   pihak Pemerintah. Dominannya lembaga ekskutif disatu sisi memang
                                                   diperlukan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan,
                                                   namun disisi yang lain, dominannya ekskutif akan memperlemah
                                                   pelaksanaan pengawasan atas dirinya. Setidaknya hal tersebut menjadi
                                                   gambaran situasi relasi legislatif-ekskutif di Indonesia pada saat itu.
                                                           Menurut Ichlasul Amal, Dekan Fisipol Universitas Gadjah
                                                   Mada, dari aspek kelembagaan sangat terasa lemahnya DPR dalam
                                                   menunjukkan fungsi popular control sebagai fungsi pengawasan
                                                   masyarakat terhadap pemerintah. Lemahnya DPR dalam popular
                                                   control tersebut antara lain terlihat dari banyaknya kritik-kritik
                                                   terhadap DPR. Oleh karena itu DPR perlu dibekali kekuasaan secara
                                                   riil dan legal agar dapat menghadapi dominasi Pemerintah. Menurut
                                                   Ichsanul, perubahan tersebut dalapat dilakukan dengan mengedakan
                                                   penyempurnaan atau mengganti Tap MPR No III/MPR/1978 dengan


                                                   318   “Tajuk Rencana: DPR Boleh Bersuara Keras dan Mengkritik Pemerintah”, Kompas, 9 Oktober
                                                      1991, hlm 4




                                       dpr.go.id   474





         Bab VI CETAK.indd   474                                                                                 25/11/2019   01:40:09
   470   471   472   473   474   475   476   477   478   479   480