Page 470 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 470

DPR RI 1987 - 1992: ER A  PENGU ATAN  TATANAN
                                                                       EK ONOMI D AN SO SIAL  B ANGS A  INDONE SIA



                                                   Dharsoeki, menekankan agar pengguguran kandungan dilakukan hanya
                                                   atas persetujuan medik secara preventif. 309
                                                         Di luar parlemen, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter
                                                   Indonesia (PB IDI) dr. Kartono Mohammad menyetujui pengaturan
                                                   pengguguran kandungan dalam UU untuk mengontrol tindakan
                                                   tersebut dari penuggur kandungan yang tidak bertanggung jawab.
                                                   Kartono menyatakan bahwa persoalan pengguguran kandungan adalah
                                                   kenyataan dilematis. Abortus adalah masalah sosial dibandingkan
                                                   masalah medik karena dilarang dalam agama, hukum, dan pandangan
                       Bagi IDI, adanya            moralitas yang terbuka. Oleh karena itu, yang diperlukan bukan
                          UU Kesehatan             legalisasi abortus, melainkan pengaturan tata laksana abortus
                       memungkinkan                yang berbasis kesehatan.  310  Berdasarkan pertimbangan, Panja
                             untuk lebih           mempertahankan isilah tersebut dalam pasal 15 ayat (1) mengenai
                        mendisiplinkan             “pengguguran kandungan” disepakati rumusan bahwa “dalam keadaan

                  anggota karena ada               darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
                    dasar hukum yang               janinnya, dapat dilakukan tindakan medik tertentu.”
                                      jelas.             Masalah lain yang juga menjadi perhatian dalam pembahsan
                                                   RUU Kesehatan adalah mengenai bayi tabung dan tranplantasi organ.
                                                   Kontroversi tentang bayi tabung juga terjadi dalam pembahasan RUU.
                                                   Adanya kekhawatiran terjadinya garis keturunan yang tidak jelas, dan
                                                   rusaknya norma-norma yang sudah mengatur kehidupan masyarakat
                                                   selama ini mewarnai perdebatan mengenai Pasal 16 yang memuat
                                                   masalah bayi tabung. Akhirnya, disepakati dalam Pasal tersebut
                                                   disebutkan bahwa kehamilan diluar cara alami dapat dilakukan sebagai
                                                   upaya terakhir suami istri yang sah mendapat keturunan. Dalam ayat
                                                   2, dijelaskan bahwa hasil pembuahan sperma dan ovum harus dari
                                                   suami istri yang bersangkutan dan ditanamkan dalam Rahim istri
                                                   dimana ovum berasal. Sedangkan dalam hal masalah tranplamntasi
                                                   organ, RUU secara tehgas menyatakan bahwa transplantasi organ,
                                                   jaringan tubuh maupun transfusi darah hanya boleh dilakukan untuk
                                                   tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersil. Bagi yang
                                                   melangardiancam pidana paling lama 15 tahun dan denda sebanyak
                                                   banyaknya Rp 300 juta rupiah. 311
                                                           RUU Kesehatan akhirnya disetujui untuk disahkan pada Sidang
                                                   Paripurna DPR RI tanggal 8 September 1992 yang dipimpin oleh Wakil


                                                   309  Sekretariat Jenderal  DPR RI, Risalah Sidang Rancangan Undang-undang tentang Kesehatan,
                                                      Jakarta: DPR RI, 1992.
                                                   310   “Ketua PB IDI: Pengguguran Kandungan Perlu Diatur dengan PP”, Kompas ,14 Maret 1992, hlm
                                                      1 dan 11.
                                                   311    RUU Kesehatan Disetujui: Ada peluang Aborsi dan Bayi Tabung”, Kompas, 7 September 1992,
                                                      hlm 1



                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   469
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab VI CETAK.indd   469                                                                                 25/11/2019   01:40:09
   465   466   467   468   469   470   471   472   473   474   475