Page 465 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 465

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   tentang hal tersebut yaitu Monumenten Ordonnantie (MO) 1931 sudah
                                                   sangat tidak memadai dalam melindungi benda warisan budaya bangsa.
                                                   MO 1931 merupakan manifestasi dari artifact-oriented, yang kini sudah
                                                   ditinggalkan oleh para arkeolog karena saat ini lebih berorientasi
                                                   pada site-oriented. Sehingga RUU Benda Cagar Budaya memberikan
                                                   harapan baru bagi kemajuan perlindungan benda cagar budaya.
                                                   Namun RUU Benda Cagar Budaya tersebut ternyata belum memuaskan
                                                   karena naskah RUU yang terdiri dari 30 pasal tersebut hanya sedikit
                         Sesuai dengan             membahas tentang situs yaitu Pasal 1, 11 dan 17 dan itupun dengan
                                    GBHN,          pendekatan yang cenderung artifact oriented. Aspek lain yang juga
                         pembangunan               beluk terlihat mendapat tempat dalam RUU Benda Cagar Budaya adalah
                         dan eksploitasi           masalah pengelolaan upaya pelestarian dan pemanfaatan benda cagar
                   sumberdaya hutan                budaya serta upaya preventif untuk mengurangi dampak negative dari
                            dilaksanakan           lajunya pembangunan fisik. Bagaimanapun juga pembangunan fisik
                      berdasarkan asas             menjadi ancaman potensial terhadap kerusakan situs, bukan hanya

                  manfaat dan lestari.             artefak. 297

                                                         6. 2. 6. RUU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
                                                         Ekosistemnya
                                                         Sesuai dengan GBHN, pembangunan dan eksploitasi sumberdaya
                                                   hutan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat dan lestari. Sampai
                                                   dengan Pelita IV, pembangunan dan eksploitasi hutan ditekankan dari
                                                   segi asas manfaat sehingga mengancam kelestarian lingkungan. Dari
                                                   segi ekonomi, eksploitasi sumberdaya hutan memberikan dana yang
                                                   besar bagi negara, tetapi masih belum optimal untuk membangun
                                                   masyarakat di kawasan hutan secara menyeluruh.  298
                                                         Pada era Orde Baru terdapat peraturan perundang-undangan
                                                   yang bersifat nasional yang berkaitan dengan sumber daya alam hayati,
                                                   diantaranya UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
                                                   Kehutanan, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-
                                                   ketentuan Pokok Lingkungan Hidup dan Undang-undang Nomor 9
                                                   Tahun 1985 tentang Perikanan belum mengatur materi konservasi
                                                   alam secara lengkap dan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum
                                                   untuk pengaturan lebih lanjut mengenai bidang konservasi sumber
                                                   daya alam hayati dan ekosisternnya. Undang-undang konservasi
                                                   sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sangat diperlukan sebagai
                                                   dasar hukum dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan


                                                   297   “ RUU Benda Cagar Budaya Antara Harapan dan Kenyataan”, Kompas, 13 Februari 1992, hlm 4
                                                   298  Setjen  DPR RI, Op.Cit, hlm 295




                                       dpr.go.id   464





         Bab VI CETAK.indd   464                                                                                 25/11/2019   01:40:09
   460   461   462   463   464   465   466   467   468   469   470