Page 460 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 460

DPR RI 1987 - 1992: ER A  PENGU ATAN  TATANAN
                                                                       EK ONOMI D AN SO SIAL  B ANGS A  INDONE SIA



                                                   milyar dollar AS. Defisit semakin berat karena praktek free on board
                                                   (FOB) masih dominan dalam seluruh kegiatan ekspor maupun impor.
                                                   Akibatnya makin banyak devisa yang dinikmati oleh pelayaran asing
                                                   dan perusahaan luar negeri. Hal ini jelas mempertegas posisi armada
                                                   nasional yang tidak menjadi tuan didalam perekonomian nasional.
                                                                                                                 283
                                                   Banyaknya permasalahan yang harus diurai dalam pembahasan RUU
                                                   Pelayaran menyebabkan memakan waktu yang lama dari proses
                                                   pengajuan hingga disetujui DPR dan disahkan oleh Presiden.
                                                         Dalam Seminar “Hal-hal Baru dalam UU Pelayaran dan
                                                   Pengaruhnya pada Bisnis Maritim” yang diadakan Lembaga Bina Hukum
                                                   Laut Indonesia (LBHLI) dan Ikatan Nakhoda Niaga Indonesia (INNI)
                                                   bersama Pusat Studi Pelayaran Niaga Indonesia (Puspindo) pada 5
                                                   Desember 1992, sejumlah pengamat menilai agar Peraturan Pelaksanaan
                                                   UU No. 21 Tahun 1992 tidak bersifat interpretatif, terutama soal peran
                                                   pemerintah sehingga tidak menciptakan rente birokrasi baru yang
                                                   bersifat komersial dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). Di
                              Fraksi ABRI          samping itu, staf Lembaga Penelitian Ekonomi Masrakat (LPEM) FE

                   menghendaki agar                UI Soeheroe Tjokro Prajitno menyarankan agar rumusan PP harus
                  yang mendapat hak                memerhatikan semua aspek ekonomi yang berkaitan agar UU Pelayaran
                      dan kesempatan               benar-benar operasional. Kriminolog UI Mardjono Reksodiputro, S.H
                           berpartisipasi          menilai bahwa terdapat celah dalam UU Pelayaran yang tidak merinci
                      dalam membina                kriteria yang jelas dalam menentukan perbuatan pidana dan sanksinya. 284
                            film nasional
                            di Indonesia                 6. 2. 3. RUU Perfilman
                           bukan hanya                   Naskah RUU tentang Perfilman disampaikan kepada DPR RI
                          individu tetapi          dengan Amanat Presiden No. R.10/PU/VI/1991 pada 11 Juni 1991 dengan

                       juga kelompok-              menunjuk Menteri Penerangan, Harmoko untuk membahasnya bersama
                               kelompok            DPR. Sebelum pembahasan RUU, DPR sempat menerima kunjungan
                            masyarakat...          tidak resmi dari delegasi Kongres Amerika Serikat pada 19 Agustus 1991
                                                   yang salah satu agendanya membahas kebijaksanaan di bidang perfilman
                                                   kedua negara sebagai salah satu substansi dalam perumusan RUU tentang
                                                   Perfilman. Dalam proses selanjutnya, diselenggarakan Pembicaraan
                                                   Tingkat I pada 16 September 1991 dengan agenda Keterangan Pemerintah
                                                   yang disampaikan oleh Menteri Penerangan, Harmoko. Selanjutnya,
                                                   diselenggarakan Pembicaraan Tingkat II pada 26 September 1991 dengan
                                                   agenda pemandangan umum dari Fraksi Karya Pembangunan, fraksi ABRI,
                                                   Fraksi Persatuan Pembangunan, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia.


                                                   283  PSC, Op.Cit., hlm 2
                                                   284 “UU Pelayaran Jangan bersifat interpretatif”, Kompas, 5 Desember 1992, hlm 6




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   459
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab VI CETAK.indd   459                                                                                 25/11/2019   01:40:09
   455   456   457   458   459   460   461   462   463   464   465