Page 563 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 563

DPR MENGHAD API  TANTANGAN NA SIONAL  D AN
                                                                        GL OB AL  HINGGA  MA S A   AKHIR ORDE B AR U
                                                                                                      1992 – 1998


                                                         Sementara, di tingkat fraksi, Ketua Fraksi ABRI (F-ABRI) dijabat
                                                   oleh Hari Sabarno, Ketua Fraksi Karya Pembangunan (F-KP) DPR Irsyad
                                                   Sudiro, Ketua Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) DPR Hamzah Haz,
                                                   Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI) DPR Budi Hardjono.


                                                   7. 12.  Krisis Moneter Melanda Indonesia

                                                         Dua bulan setelah Pemilu 1997 berhasil dilaksanakan, krisis
                                                   keuangan atau krisis moneter menerpa hampir seluruh kawasan Asia
                                                   Timur dan Asia Tenggara pada Juli 1997, termasuk Indonesia. Krisis ini
                                                   bermula di Thailand  ketika pada 1 Juli 1997 mata uang baht Thailand
                                                   mulai melemah terhadap dollar AS. Pelemahan bath ternyata dengan
                                                   cepat segera menyebar keluar. Nilai mata uang di sebagian besar Asia
                                                   Tenggara dan Jepang ikut turun, bursa saham dan nilai aset lainnya
                      Penularan krisis             jatuh, dan utang swastanya  naik drastis. Indonesia,  Korea Selatan,

                       di Thailand  ke             dan  Thailand  adalah negara-negara yang terkena dampak krisis
                    Indonesia sendiri              terparah.  Hong Kong, Laos, Malaysia, dan Filipina juga terdampak oleh
                                                   turunnya nilai mata uang. Sementara, Brunei, Cina, Singapura, Taiwan,
                hanya terjadi dalam                dan Vietnam tidak kentara dampaknya, namun sama-sama merasakan
                    waktu dua puluh                turunnya permintaan dan kepercayaan investor di seluruh Asia.

                      hari, yakni pada                   Penularan krisis di Thailand  ke Indonesia sendiri hanya terjadi
                                  21 Juli          dalam waktu dua puluh hari, yakni pada 21 Juli, yang ditandai oleh
                                                   melemahnya rupiah sebesar 7 persen terhadap dollar AS.  Memasuki
                                                                                                       485
                                                   bulan berikutnya, Agustus, rupiah mulai bergerak di luar kebiasaan.
                                                   Rupiah tidak saja bergeliat negatif, tapi lebih dari itu bergerak jatuh.
                                                   Kemudian, pada September 1997 giliran nilai indeks saham di Bursa Efek
                                                   Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) mengalami titik terendahnya.
                                                         Untuk merespons keadaan buruk ini, pada 1 September
                                                   1997 pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi dengan
                                                   melakukan tindakan pengetatan Rupiah melalui kenaikan suku bunga
                                                   yang sangat tinggi dan pengalihan dana BUMN/yayasan dari bank-
                                                   bank ke BI (SBI) serta pengetatan anggaran Pemerintah. Kebijakan
                                                   ini ternyata justru menyebabkan suku bunga pasar uang melambung
                                                   tinggi dan likuiditas perbankan menjadi kering yang menimbulkan
                                                   bank kesulitan likuiditas. Segera setelah itu masyarakat mengalami
                                                   kepanikan dan kepercayaan mereka terhadap perbankan mulai
                                                   menurun. Maka, terjadi penarikan dana perbankan secara besar-
                                                   besaran yang sekali lagi menimbulkan kesulitan likuiditas pada seluruh


                                                   485 “Pelajaran Krisis 1997/1998”, Kompas.com, 10 September 2013.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   563
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Buku 4 Bab VII CETAK.indd   563                                                                           11/22/19   6:06 AM
   558   559   560   561   562   563   564   565   566   567   568