Page 166 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 166

WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA
                                                                                                         (1959-1966)





                  17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, semua lembaga tersebut tidak me-
                  ngenal lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat.

                  Akan tetapi ada lembaga semacam MPR, yang dikenal sebagai Kon-
                  stituante, yang tugas dan wewenangnya hampir sama dengan Majelis
                  dalam UUD 1945. Secara lebih jelas, lembaga konstituante ini dikenal
                  sejak adanya Konstitusi RIS dan UUDS 1950, se-
                  jak  27  Desember  1949  hingga  5  Juli  1950,  saat
                  berlakunya kembali UUD 1945.

                  Kembali pada masalah pembentukan DPR, da-              “Sebelum Majelis
                  lam sejumlah periode seperti disebut di muka,          Permusyawaratan
                  dalam  praktiknya  tidak  ada,  karena  UUD  1945
                  pada saat itu hanya bernilai semantik. Lemba-          Rakyat, Dewan
                  ga majelis ini belum dibentuk sehingga segala          Perwakilan Rakyat, dan
                  tugas  dan  wewenangnya  dilaksanakan  sepe-
                  nuhnya  oleh  Presiden  bersama  Komite  Nasio-        Dewan Pertimbangan
                  nal Pusat (KNP). Hal yang demikian ini memang          yang dibentuk menurut
                  dimungkinkan  Undang-Undang  Dasar  1945
                  berdasarkan Pasal IV Aturan Peralihan. Di sana         Undang-Undang Dasar,
                  disebutkan: “Sebelum Majelis Permusyawaratan           segala kekuasaannya
                  Rakyat,  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  dan  De-
                  wan  Pertimbangan  yang  dibentuk  menurut             dijalankan sepenuhnya
                  Undang-Undang  Dasar,  segala  kekuasaannya            oleh Presiden dengan
                  dijalankan  sepenuhnya  oleh  Presiden  dengan
                  bantuan Komite Nasional” .                             bantuan Komite
                                                                         Nasional”.
                  Komite    nasional   yang   dimaksud    ialah
                  KNP,  yang  dilantik  pada  29  Agustus  1945,
                  lebih  kurang  11  hari  setelah  UUD  1945  di-
                  sahkan.  Jumlah  anggotanya  sekitar  150
                  orang,  terdiri  dari  27  orang  Panitia  Persiapan  Kemerdekaan
                  Indonesia, termasuk enam orang yang ditambah atas tanggung jawab
                  Presiden Soekarno sebagai ketua panitia, dan ditambah lagi dengan
                  pemimpin-pemimpin rakyat dari segala golongan, aliran dan lapisan
                  seperti pangreh praja, alim ulama, kaum pergerakan, pemuda-pemu-
                  da, serta kaum dagang dan perniagaan.


                  Pada mulanya, kedudukan komite tersebut hanya sebagai pembantu
                  Presiden, yakni sekadar memberikan pertimbangan dan usul. Dari Pa-
                  sal IV Aturan Peralihan UUD 1945, terlihat bahwa kekuasaan KNP tidak
                  sama  persis  dengan  majelis.  Akan  tetapi,  setelah  40  hari  kemudian,





                    dpr.go.id                                                                              159
   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171