Page 189 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 189

SEABAD RAKYAT INDONESIA
           BERPARLEMEN





                                      Penyederhanaan  partai  sesungguhnya  bukan  bertujuan  melenyapkan
                                      eksistensi partai. Sebaliknya juga ketika perpolitikan partai sudah tidak
                                      sehat dan carut-marut kehidupan antarpartai di sistem parlementaria,
                                      niscaya pemerintah tidak bisa berdiam saja. Harus ada sebuah tindak-
                                      an untuk meregulasinya agar tidak terjadi hal-hal yang destruktif bagi
                                      keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi, partai se-
                                      baiknya  harus  mau  melakukan  gencatan  senjata,  tidak  terus-menerus
                                      memaksakan keinginannya sendiri demi kelompoknya, tetapi sebaliknya
                                      mereka harus mampu menyusun berbagai program pembangunan na-
                                      sional yang merupakan ujung dari realisasi visi-misi ketika mendirikan
                                      partai.


                                      Keputusan penyederhanaan partai-partai ini harus dijalankan karena
                                      dengan selesainya Pemilu 1955, konstelasi kehidupan politik selalu ti-
                                      dak stabil. Ini ditandai dengan silih bergantinya kabinet akibat dimun-
                                      culkannya mosi tidak percaya dari satu partai atau koalisi antarpartai,
                                      akibat ada persoalan yang tidak sesuai dengan platform dari salah satu
                                      partai pengusung. Akibat kerusakan yang lebih mendalam adalah tidak
                                      berjalannya  pembangunan  ekonomi  untuk  kesejahteraan  rakyat  dan
                                      terhentinya  pembangunan  Revolusi  Nasional  sebagaimana  cita-cita
                                      dari kemerdekaan kita 1945.


                                      Kebijakan tahap selanjutnya adalah perombakan sistem kepartaian. Ka-
                                      binet menyetujui peraturan pemerintah pada 18 Desember 1959, tentang
                                      persyaratan penyederhanaan kepartaian dan pembentukan Front Nasio-
                                      nal. Perombakan sistem kepartaian dinilai sebagai persoalan yang penting
                                      karena tidak sekadar menata kehidupan sebuah partai, tetapi juga me-
                                      nyangkut persoalan dan pelaksanaan sistem kepartaian yang dapat seja-
                                      lan dengan aura Demokrasi Terpimpin.


                                      Dengan lahirnya Penetapan Presiden No. 7 ini, dicabutlah Maklumat
                                      Pemerintah No. 3 November 1945, yang berisi tentang anjuran peme-
                                      rintah untuk pembentukan partai-partai politik; dan sekaligus mene-
                                      tapkan Perpres tentang pokok-pokok ketentuan dan syarat-syarat pe-
                                      nyederhanaan sistem kepartaian.


                                      Dari kutipan Penetapan Presiden Nomor 7/1959, syarat-syarat partai poli-
                                      tik dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu syarat kuantitatif dan
                                      syarat kualitatif. Pengertian syarat kuantitatif adalah sebuah partai harus
                                      memiliki cabang-cabangnya yang tersebar di seperempat Daerah Tingkat
                                      I, begitu juga cabang-cabang mereka harus ada di seperempat Daerah
                                      Tingkat II seluruh Indonesia. Adapun syarat-syarat yang bersifat kualita-




           182
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194