Page 52 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 52

DARI VOLKSRAAD
                                                                                      KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)





                  dalam Konferensi Penghubung antara Markas Besar Kemaharajaan
                  Jepang dan Kabinet Jepang pada 20 November 1941, serta “Perse-
                  tujuan Pokok antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut mengenai
                  pemerintahan  militer  di  wilayah-wilayah  yang  diduduki”,  tertanggal
                  26 November 1941.


                  Berdasarkan  dokumen  tersebut,  pemerintahan  militer  di  Jawa  diatur
                  oleh Panglima Tentara Ke-16, yang mempunyai kode “Kelompok Osa-
                  mu”. Selama masa pendudukan, ia dikenal sebagai Gunshireikan atau
                  Saiko  Shikikan  (Panglima  Tertinggi),  tetapi  pemerintahan  sehari-hari
                  dilakukan oleh Kepala Pemerintahan Militer yang disebut Gunseikan.
                  Saiko Shikikan menetapkan peraturan yang dinamakan Osamu Seirei,
                  sedangkan peraturan yang dikeluarkan oleh Gunseikan disebut Osa-






























                  mu  Kanrei.  Peraturan-peraturan  tersebut  diumumkan  dalam  Kan  Fo,        Sidang Volksraad sedang
                  surat kabar milik pemerintah, yang merupakan sebuah penerbitan res-      membahas mengenai pengaturan
                                                                                                     penjualan gula.
                  mi yang dikeluarkan oleh Gunseikanhu (Kantor Kepala Pemerintahan
                  Militer).                                                                     (Sumber: De Sumatra Post,
                                                                                                      30 Januari 1933)
                  Masa lebih kurang tiga setengah tahun pendudukan Jepang dalam se-
                  jarah Indonesia berdampak pada ingatan kolektif bangsa secara nega-
                  tif maupun positif. Dalam banyak catatan sejarah, betapa kejam praktik
                  pemerintahan militer Jepang di Indonesia antara lain dengan Romus-
                  ha, serta penjarahan atas hampir semua harta kekayaan yang dimiliki
                  masyarakat untuk kepentingan Jepang. Belum lagi banyak kaum pe-
                  rempuan yang dipaksa melayani nafsu serdadu Jepang, yang dikenal
                  sebagai jugun ianfu.





                    dpr.go.id                                                                               45
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57