Page 48 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 48
DARI VOLKSRAAD
KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)
Petisi tersebut jelas memancing perdebatan yang alot di Volksraad.
Pembahasan isu panas tersebut berlangsung selama seminggu, hing-
ga pada akhirnya dilakukan pemungutan suara pada 29 September
1936, yang hasilnya antara lain: 26 suara setuju dan 20 menolak.
Kelompok yang menolak Petisi Soetardjo mengatakan bahwa rakyat
Indonesia belum matang untuk berdiri sendiri, sedangkan pendukung
Petisi Soetardjo beralasan sebaliknya, yakni rakyat Indonesia telah
cukup matang untuk berdiri sendiri. Mereka juga mendesak peme-
rintah untuk memberikan lebih banyak hak yang seharusnya dimiliki
rakyat.
Namun, yang jelas, Petisi Soetardjo ditolak oleh Parlemen Belanda de-
ngan alasan bahwa saat ini belumlah waktunya bagi Belanda dan Hin-
dia-Belanda untuk duduk sederajat dalam satu meja. Penolakan terse-
but dituangkan dalam Keputusan Kerajaan Belanda pada 16 November
1938.
Kasus penolakan terhadap Petisi Soetardjo merupakan pukulan hebat
bagi kaum pergerakan pada umumnya, terutama bagi mereka yang
beraliran moderat. Gagalnya perjuangan terhadap Petisi Soetardjo,
yang didukung oleh kalangan pergerakan nasional, telah menjadi cam-
buk bagi kaum pergerakan nasional untuk menuntut dan menyusun
kembali barisan dalam wadah organisasi persatuan, yakni Gabungan
Politik Indonesia (GAPI), pada 21 Mei 1939, yang secara terbuka me-
nuntut “Indonesia Berparlemen” .
Kegagalan Petisi Soetardjo merupakan sebuah titik balik dari sikap
kooperatif rakyat terhadap Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang
berlandaskan pada ketidakpercayaan yang sudah menumpuk, yang
di kemudian hari memunculkan beberapa gagasan untuk membawa
pergerakan ke arah yang lebih kuat demi mengupayakan hak otonomi
secara utuh.
Keinginan rakyat Hindia-Belanda semakin menggebu setelah diben-
tuknya GAPI sebagai salah satu wadah pemersatu. Dari sanalah mu-
lai terpolarisasinya sebuah strategi dari para anggota Volksraad, yang
termasuk dalam organisasi pergerakan dan partai-partai politik pada
saat itu.
Di luar Volksraad, gerakan nasional bersatu, walaupun di dalam
Volksraad suara mereka terpecah. Perpecahan ini khususnya terjadi
dpr.go.id 41