Page 50 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 50
DARI VOLKSRAAD
KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)
Rasyid, dan Tajuddin Noor. Anggota Fraksi Nasional dari luar Jawa yang
tetap setia pada Fraksi Nasional adalah Mukhtar dan Lapian.
Pers menyambut baik perihal pendirian GNI dan melihatnya sebagai
upaya untuk meningkatkan perjuangan nasional. Namun, ada suara
lain yang mengkhawatirkan upaya tersebut sebagai tindakan meme-
cah belah yang justru akan memperlemah perjuangan. Dilihat dari asas
dan tujuannya, kedua kelompok tersebut tidak
jauh berbeda karena sama-sama mengurus ke-
pentingan di berbagai daerah luar Jawa, sehing-
ga sebenarnya orang Sumatera juga dapat tetap
berada dalam Fraksi Nasional. Disebutkan bahwa
pemerintah akan
Pada 15 Agustus 1939, Thamrin mengajukan
mosi yang menuntut penggantian kata Neder- menghapus kata
landsch-Indië dan Inlander dalam istilah perun- “inlander” dalam
dang-undangan menjadi Indonesia, Indonesiër,
dan Indonesisch. Pada 18 Januari 1940, Abikus- masyarakat, dan
no, Thamrin, dan Amir Syarifuddin menerbitkan menganjurkan
pengumuman Kongres Rakyat Indonesia (KRI).
Mereka mengajak semua putra-putri Indonesia untuk mengganti
untuk menjadi propagandis demi mewujudkan penggunaan istilah
Indonesia Berparlemen dengan cara memben-
tuk komite-komite, tempat studi, dan arak-arak- “Indonesier” atau
an umum. “inheemse” dengan
Pada 23 Agustus 1939, Dr. H.J. Levelt, yang me- “bumiputra”.
rupakan wakil dari pemerintah, memberikan ja-
waban atas mosi tersebut. Disebutkan bahwa
pemerintah akan menghapus kata “inlander”
dalam masyarakat, dan menganjurkan untuk
mengganti penggunaan istilah “Indonesier” atau “inheemse” dengan
“bumiputra”. Namun untuk mengganti istilah “Nederlandsch-Indië” de-
ngan “Indonesia”, pemerintah merasa berkeberatan karena hal tersebut
memerlukan penggantian redaksional terhadap Undang-Undang Da-
sar ketatanegaraan Hindia-Belanda. Perubahan tersebut hanya dapat
dilakukan dengan izin Staten Generaal yang pada waktu itu tidak dapat
dihubungi lagi.
dpr.go.id 43