Page 24 - MAJALAH 101
P. 24

“Ada yang meminta itu diturunkan.Jadi, perdebatan  Terakhir, sempat berubah lagi, gubernur dipilih rakyat,
          ini saya kira akan berlanjut terus,” kata Yasonna.Dengan  bupati dan walikota dipilih DPRD.Ini jadi persoalan.
          demikian  calon  presiden  yang  hendak  diusulkan
          mempunyai dukungan basis parpol yang cukup.Kalau    “Kami dari F­PDI Perjuangan tetap pada prinsip bahwa
          nanti terpilih, paling tidak presiden memiliki dukungan  sebaiknya dipilih oleh rakyat.Gubernur dan Bupati dipilih
          parpol yang cukup kuat di parlemen.               oleh rakyat.Kedaulatan di tangan rakyat,” ujar Yasonna.
                                                            Pada UU No.22 Tahun 1999 itu kepala daerah dipilih
           Pengalaman menunjukkan, Partai Demokrat yang  oleh DPRD.Sementara rezim UU No.32 dipilih langsung
          sudah berhasil mengusung presidennya dalam Pemilu  oleh rakyat.UU No. 22 itu dikritik keras, karena rakyat
          kemarin, masih kelimpungan menghadapi suara di  tidak berdaulat.Semua dipilih oleh DPRD.“Itu sangat
          parlemen. Padahal, demokrat sudah membangun koalisi  elitis. Jadi, sekarang kita mengembalikan untuk dipilih
          dengan partai­partai di parlemen.Artinya, efektifitas  oleh rakyat.”
          pemerintahan bisa terganggu, bila partai peng usung
          calon presiden tidak signi fikan suaranya di parlemen.  Akan  ada  tafsir  ganda  terhadap  konstitusi,  bila
          Kecede rungan meningkatkan syarat                                  seorang gubernur dipilih oleh DPRD,
          calon presiden semakin kuat.                                       sementara bupati/wali kota dipilih
                                                                             langsung,  atau  sebaliknya.  UUD
           Dalam sistem presidensial koalisi                                 NRI Tahun 1945 pasal 18 ayat (4)
          menjadi keniscayaan.Jadi, untuk                                    mengatakan, semua kepala daerah
                l
          men ca onkan presiden harus dari                                   dipilih secara demokratis.Di sinilah
          ga bungan partai­partai agar calon                                 tafsir ganda itu.Makna demokratis
          yang diusung semakin kuat.“Dalam                                   harus  diimplementasikan  secara
          sistem presidensial, karena presiden                               berbeda di daerah.Jadi, sebaiknya
          dipilih  langsung  dan  didukung                                   semua dipilih langsung saja oleh
          oleh parpol atau gabungan parpol,                                  rakyat.Itulah  demokratis  yang
          maka untuk menyehatkan sistem                                      sesungguhnya.
          pemerintahan  kita,  perlu  angka
          yang reasonable.”                                                    “Tidak  boleh  ada  perbedaan
                                                                             tafsiran  dalam  satu  kata  UUD.
           Kalau dulu, lanjut Yasonna, syarat                                Dibedakan  dengan  dua  tafsiran
          pencalonan 20 persen di parlemen dan 25 persen  dalam  UU  yang  sama.Prof  Jimly  Asssidiki  juga
          jumlah suara secara nasional.Kemungkinan angka ini  berpendapat seperti itu.Lebih baik kalau mau dipilih
          dipertahankan. Partai Gerindra, misalnya, menilai angka  DPRD,  ya  gubernur  dan  bupati  jangan  dibedakan.
          tersebut tidak realistis. “Kalau sejak awal kita mempunyai  Kalau mau dipilih secara langsung, juga semuanya
          koalisi yang baik, sejak sebelum mencalonkan presiden  dipilih langsung.Jangan dipisahkan tafisirannya,” tegas
          dan ada platformnya, itu akan lebih baik daripada pada  Yasonna.
          putaran kedua Pilpres baru ramai­ramai.Sebaiknya
          koalisi di bang un sejak putaran pertama.”          Bahwa nanti ada ongkos politik yang mahal dalam
                                                            pilkada, itu yang harus kita perbaiki ke depan dan
           Bahwa  syarat  pencalonan  presiden  ini  dinilai  menjadi koreksi. Dan kini wacananya kian menguat
          mengurangi kebebasan warga untuk dicalonkan, tam­  bahwa untuk menekan biaya politik, semua pilkada akan
          pak nya tidak tepat.Kita ingin mendapatkan pilihan  digelar secara serentak, baik gubernur, bupati, maupun
          orang yang terbaik dari sedikit pilihan.Sekarang parpol  wali kota. Ongkos politik yang mahal saat pilkada,
          tentu sedang mencari orang­orang yang populer di  membuat para kepala daerah cenderung melakukan
          mata rakyat dan juga potensial untuk dipilih rakyat.  penyelewengan anggaran.Akhirnya, terjebak korupsi.
          Bahkan orang non parpol pun bisa asal dicalonkan
          oleh parpol.“Orang non parpol bisa. Boediono bukan   “Komisi II yang membahas RUU Pilkada.Masih terjadi
          dari parpol, tapi teknokrat.Jadi, tidak selamanya harus  perdebatan.Belum ada kesepakatan apakah gubernur
          orang parpol, siapapun boleh, asalkan harus diajukan  dipilih DPRD atau bupati/walikota dipilih langsung
          oleh parpol atau gabungan parpol.”                atau sebaliknya. Mayoritas parpol memilih pemilihan
                                                            langsung.Namun, pemerintah masih menawarkan
           Pilkada                                          berbagai cara untuk dipilih lewat DPRD.Biarlah rakyat
                                                            yang langsung memegang kedaulatan.Konsolidasi
           Selain Pemilu nasional, pemilihan kepala daerah  demokrasi makin baik, maka pemilihan langsung itulah
          (pilkada) juga jadi topik menarik di tahun politik ini.  yang terbaik. Jadi pilihan rakyat jangan ditarik kembali.”
          Dalam UU Pilkada yang diusulkan pemerintah, memang,   Foto: Iv/Parle.
          ada keinginnan agar pemilihan gubernur dikembalikan
          ke DPRD.Sementara bupati dan walikota dipilih langsung.




          24 PARLEMENTARIA  EDISI 101 TH. XLIII, 2013
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29