Page 139 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 139

Evy Indriasari: Wacana Rekonstruksi Peralihan Hak Atas Tanah Pertanian ...     131


             yang  berhak  (  Angka  5b  Surat  Keputusan  Bersama  Menteri  Dalam  Negeri  dan  Otonomi
                                                                      6
             Daerah dan Menteri Agraria No. Sekra 9/I/2 Tahun 1961.
                  Ketersediaan tanah pertanian yang luas tentu sangat mendukung program pemerintah
             untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan  seperti yang dicita-citakan dalam

             Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  :  18  Tahun  2012,  tentang  Pangan.    Dalam
             penjelasannya diuraikan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
             utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Oleh

             karenanya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak seluruh rakyat untuk
             terus  menerus  meningkatkan  kemakmuran  dan  kesejahteraannya  secara  adil  dan  merata
             dalam  segala  aspek  kehidupan  yang  dilakukan  secara  terpadu,  terarah  dan  berkelanjutan
             dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
                                                                                                         7
             spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
                  Menurut Pasal 8 ayat (3)  Peraturan Pemerintah Nomor : 224 Tahun 1961, Petani adalah
             orang,  baik  yang  mempunyai  maupun  tidak  mempunyai  tanah  sendiri,  yang  mata
             pencaharian pokoknya adalah mengusahakan tanah untuk pertanian.


             E. Peralihan Hak Atas Tanah Pertanian saat ini
                  Peralihan hak atas tanah Pertanian dapat dilakukan melalui perbuatan hukum jual beli,

             hibah  dan  pewarisan.  Artinya  macam  perbuatan  hukum  yang  dapat  dilakukan  dalam
             peralihan hak atas tanah pertanian sama dengan perbuatan hukum dalam peralihan hak atas
             tanah  non  pertanian.  yang  menjadi  pembeda  dalam  peralihan  hak  atas  tanah  pertanian
             dengan non pertanian ada di beberapa Peraturan Perundang-undangan yang mengaturnya.

                  Diantaranya Pasal 10 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa setiap orang dan badan hukum
             yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan mengerjakan
             atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan. Menilik
             sejarah panjang berkaitan tanah pertanian, sangat wajar Pasal 10 ayat (1) UUPA mengatur

             tidak diperbolehkannya cara-cara pemerasan.
                  Pada  Masa  Feodalisme  yaitu  masa  sebelum  kedatangan  bangsa  barat  sering  disebut
             sebagai  masa  prakapitalitas,  prakolonial  atau  zaman  feodal.  Menurut  Wertheim  (1956),

             sampai  dengan  tahun  1800  belum  ada  perubahan  yang  mendasar  dalam  pertanian  di
             Indonesia karena pengaruh barat juga tidak progresif. Intervensi pemerintah kolonial dalam
                                                                                8
             masalah  tanah mulai dirasakan semenjak jaman Raffles tahun 1811.
                  Ada dua bentuk kegiatan pertanian  penduduk pada saat itu, yaitu sawah dan ladang yang

             secara kasar masing-masing mempresentasikan ekologi Jawa dan Luar Jawa (Geert, 1976).
             Kawasan    sawah  beririgasi  yang  membutuhkan  tenaga  kerja  secara  intensif  berkembang



                6  Binoto Nadapdap, Kamus Istilah Hukum Agraria, Jala, Jakarta, 2007, hl.250.
                7  Undang-undang Nomor.18 Tahun 2012, diolah sendiri oleh penulis.
                8  Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hl. 71 .
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144