Page 37 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 37

PENGADAAN TANAH UNTUK
                                                                                       
                               PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM
                                     (Permasalahan dan Alternatif Solusi)

                                                      Oloan Sitorus**



             UU  No.  2  Tahun  2012  tentang  Pengadaan  Tanah  Bagi  Pembangunan Untuk  Kepentingan
             Umum  (PTPKU) membawa perubahan besar bagi  Hukum Tanah Nasional yang mengatur
             tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Beberapa perubahan yang menggem-
             birakan dalam UU PTPKU ini adalah: (1) menetapkan 4 (empat) tahapan yang memberikan

             kejelasan pihak yang bertanggung-jawab dalam setiap tahapan,  terukur output dari setiap
             kegiatan dalam setiap tahapan, dan waktu pelaksanaan jelas; (2) menjabarkan musyawarah
             sebagai prinsip dasar pengadaan tanah, sehingga tetap ada kesetaraan hukum bagi masya-

             rakat pemilik tanah dengan pihak yang membutuhkan tanah; (3) bersifat partisipatoris dalam
             arti:  (a)  adanya  ruang  keterlibatan  masyarakat  dalam  setiap  tahapan  pelaksanaan,  (b)
             terjaminnya masyarakat mendapatkan akses informasi rencana pembangunan yang dilaku-
             kan Pemerintah, (c) penentuan lokasi pembangunan didasarkan atas kesepakatan masya-

             rakat pemilik tanah; (4) menutup kesempatan Pemerintah melakukan campur tangan dalam
             menetapkan besarnya ganti kerugian; (5) menjamin hak keberatan pada tataran penetapan
             lokasi pembangunan dan penentuan besaran ganti kerugian; (6) menjadikan badan peradilan

             sebagai pengambil putusan akhir lokasi pembangunan dan besaran nilai ganti kerugian.
                  Namun, pada tataran implementasi  UU PTPKU tetaplah harus diantisipasi masih adanya
             potensi titik rawan penyimpangan, terutama dalam hal ganti kerugian,  yang disebabkan oleh
             terjadinya mark up besaran ganti kerugian yang akan dibayarkan dengan cara melakukan

             penyimpangan pada saat menentukan luas, status hak, penggunaan tanah terkait tata ruang
             wilayah, bangunan dan tanaman sebagai objek ganti kerugian, serta ketidakjelasan ruang atas
             tanah, ruang bawah tanah dan benda yang berkaitan dengan tanah serta hal-hal lain yang

             dapat dinilai. Dalam pelaksanaan UU PTPKU di atas, berbagai persoalan yang pernah terjadi
             yang  dapat  menghambat  kelancaran  pelaksanaan  PTPKU,  seperti  antara  lain:  gugatan
             masyarakat terhadap penetapan lokasi, penolakan ganti kerugian, dan  perbedaan persepsi
             tentang perlu tidaknya mengganti–rugi  tanah yang berstatus sebagai tanah negara.
                  Untuk  menjamin  kelancaran  pelaksanaan  serta  mengantisipasi    dan  menyelesaikan

             berbagai  persoalan pelaksanaan,  maka  UU  PTPKU  ini  dilengkapi  dengan  aturan pelaksa-
             naannya. Di tingkat Peraturan Presiden (Perpres), ditetapkanlah Perpres No. 71 Tahun 2012


                *)  Tulisan ini untuk memenuhi permintaan Panitia Pelaksana Seminar dengan tema “Problematika
             Pertanahan dan Strategi Penyeleaiannya”, yang diselenggarakan atas kerjasama STPN dengan Prodi Hukum
             Agraria FH Universitas Trisakti pada Sabtu, 7 Oktober 2017 di Hotel Atlet/Hotel Century, Jakarta.
                **)  Dr. Oloan Sitorus, S.H., M.S. adalah Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta.

                                                          29
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42