Page 34 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 34

26    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



                l.  surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi
                   dan Bangunan; atau
                m. lain-lain  bentuk  alat  pembuktian  tertulis  dengan  nama  apapun  juga  sebagaimana
                   dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.

                  Adanya ketentuan tersebut maka dapat dilihat pada dua aspek, yaitu pertama, bahwa
             adanya tanah-tanah yang masih belum terdaftar (bersertipikat) karena masih banyak kasus-
             kasus yang terjadi dengan bukti-bukti tertulis yang diterbitkan pemerintah kolonial belanda;

             kedua,  masih  belum  mumpuni  pelaksanaan  pendaftaran  tanah  (secara  sistem  maupun
                      6
             kinerja).
                  Jadi  jelaslah  adanya  fakta  tersebut  bahwa  kepastian  dan  perlindungan  hukum  yang
             menjadi amanat Pasal 19 UUPA masih terbelenggu oleh sisa-sisa sejarah perpajakan (fiskal

             kadaster  masa  lalu)  dan  sistem  pendaftaran  dan  kinerja  instansi  pertanahan.  Sementara
             adanya  variabel  lainnya  berkenaan  dengan  pluralisme  hukum  dan  implikasinya  akan
             diuraikan berikut ini.


             III.  Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
                  Salah satu upaya mencapai target 5 juta bidang tanah terdaftar di tahun 2017, 7 juta
             bidang di tahun 2018 dan 9 juta bidang di tahun 2019 adalah pelaksanaan Pendaftaran Tanah

             Sistematis  Lengkap  (PTSL),  yaitu    kegiatan  pendaftaran  tanah  untuk  pertama  kali  yang
             dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
             dalam suatu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu. Obyek

             pendaftaran tanah meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali,
baik bidang tanah hak,
             tanah aset Pemerintah/Pemerintah Daerah, tanah BUMN/BUMD, tanah Desa, tanah negara,
             tanah masyarakat hukum adat, termasuk kawasan hutan, dan bidang tanah lainnya.
                  Sebagai  dasar  pelaksanaan  kegiatan  ini,  diterbitkan  Peraturan  Menteri  Negara

             Agraria/Kepala  Badan  Pertanahan  Nasional  Nomor  35  Tahun  2016  tentang  Percepatan
             Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Membaca ketentuan ini, ada beberapa
             catatan yang perlu mendapat perhatian:

                1.  Bahwa bentuk peraturan ini adalah Peraturan Menteri, yang seharusnya tidak berten-
                   tangan  dengan  peraturan  diatasnya,  dalam hal ini  Peraturan Pemerintah  Nomor  24
                   Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Sebagai contoh, dalam Pasal 11 ayat (1) Pera-
                   turan  Menteri  Nomor  35  Tahun  2016  dinyatakan:  Untuk  memenuhi  asas  publisitas



                6  Menurut  data  Puslitbang  BPN RI,  2004, Badan Pertanahan  Nasional  Republik Indonesia (BPN  RI)
             merupakan  salah  satu  instansi  pelayanan  publik  yang  seringkali  mendapat  kritikan  dari  masyarakat
             mengenai proses pensertipikatan tanah yang berbeli - belit, biaya yang mahal, dan waktu penyelesaian yang
             sangat  lama.  Kondisi  tersebut  mendapat  perhatian  dari  pemerintah  dengan  memasukkan  pelayanan
             pertanahan sebagai salah satu materi dalam RUU Pelayanan Publik. Salah satu materi yang dimuat adalah
             Pelayanan  Pendaftaran  Tanah  dimana  pelayanan  pendaftaran  tanah  merupakan  salah  satu  dari  tiga
             pelayanan pertanahan yang memiliki prosentase tunggakan pekerjaan sebesar 15,77% (Puslitbang BPN RI,
             2004).
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39