Page 38 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 38

30    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
             Perpres No. 71 Tahun 2012 ini telah beberapa kali diubah.  Perubahan pertama  dilakukan
             dengan Perpres No. 40 Tahun 2014; perubahan kedua dengan Perpres No. 99 Tahun 2014;
             perubahan  ketiga  dilakukan  dengan  Pepres  No.  30  Tahun  2015;  dan  perubahan  keempat

             dengan Perpres No. 148 Tahun 2015. Selanjutnya, untuk lebih mengoperasionalkan Perpres
             No. 71 Tahun 2012, ditetapkanlah Peraturan Kepala BPN No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk
             Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Peraturan Kepala BPN No. 5 Tahun 2012 ini pun telah

             beberapa  kali  diubah.  Perubahan  pertama  dengan  Peraturan  Menteri  Agraria  dan  Tata
             Ruang/Kepala BPN (Menteri ATR/Ka. BPN) No. 6 Tahun 2015 dan Perubahan kedua degnan
             Peraturan Menteri ATR/Ka. BPN No. 22 Tahun 2015. Pesatnya perubahan baik pada tingkat
             Perpres dan Peraturan Menteri di atas menunjukkan intensifnya upaya untuk melakukan
                                                                                                  1
             percepatan pada pelaksanaan Pengadaan sebagai salah satu Proyek Stategis Nasional.
                  Tulisan  ini  bertujuan  untuk  mendeskripsikan  berbagai    solusi  yang  telah  dilakukan
             terhadap beberapa persoalan yang  terjadi pada  pelaksanaan PTPKU. Strateginya dilakukan
             dengan mendeskripksikan tahapan pelaksanaan PTPKU dengan segala dinamika persoalan

             yang ada di dalamnya beserta solusi yang telah ditempuh. Sebagaimana diketahui Pasal 13
             UU PTPKU jo Pasal 2 Perpres No. 71 Tahun 2012 menyatakan bahwa tahapan penyelenggaraan
             Pengadaan  Tanah  Untuk  Kepentingan  umum  meliputi  tahapan:  (a)  perencanaan;  (b)

             persiapan; (c) pelaksanaan; dan (d) penyerahan hasil.

             Perencanaan Pengadaan Tanah
                  Perencanaan  Pengadaan  Tanah  diatur  di  dalam  Pasal  14-15  UU  PTPKU  jo  Pasal  3-7

             Perpres No. 71 Tahun 2012. Perencanaan pengadaan disusun oleh Instansi yang memerlukan
             tanah  itu  berdasarkan  pada  Rencana  Tanah  Ruang  Wilayah  (RTRW)  dan  prioritas  pem-
             bangunan. RTRW didasarkan atas: Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Renca-
             na  Tata  Ruang  Wilayah  Provinsi  (RTRWP),  dan/atau  Rencana  Tata  Ruang  Wilayah

             Kabupaten/Kota  (RTRWKab/Kot).  Prioritas  pembangunan  yang  dimaksud  adalah  yang
             tercantum  pada  Rencana  Pembangunan  Jangka  Menengah  (RPJMN),  Rencana  Strategis
             (Renstra), dan Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan (Pasal 14 UU PTPKU

             jo. Pasal 3 dan 4 Perpres 71 Tahun 2012.
                  Rencana Pengadaan Tanah itu dapat disusun secara bersama-sama oleh instansi yang
             memerlukan tanah dengan instansi terkait atau dapat dibantu oleh lembaga profesional yang



                1   Arie Yuriwin, Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian ATR/BPN, Rapat Kerja Teknis Direktorat Jenderal
             Pengadaan Tanah, tgl 26-28 April 2017, di Jakarta, 2017, hlm. 5, menyatakan bahwa permasalahan yang
             menghambat  pencapaian  Proyek  Strategis  Nasional  Tahun  2016  adalah:  isu  pembebasan,  berupa  (i)
             ketidakpastian skema pendanaan, dan ketidakpastian sumber/alokasi pendanaan  (44%), isu perencanaan
             dan penyiapan, yang berupa (i) perencanaan berlarut-larut karena kurang koordinasi antar stakeholder  dan
             (ii) kualitas desain proyek belum memadai sehingga diperlukan waktu tambahan untuk review (25%), isu
             pendanaan, berupa (i) kurangnya alokasi pendanaan dan (ii) lambatnya proses pengadaan tanah (17%), isu
             perizinan (12%), isu pelaksanaan konstruksi 12%.
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43