Page 124 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 124

lahan sawah (pressure) sebagai akibat dari dinamika kependudukan
          di  Indonesia (driver).  Kondisi  tersebut menyebabkan  dampak
          (impact)  yaitu pemenuhan produksi pangan  yang  sampai  saat  ini
          posisinya hanya dipertahankan, sementara populasi penduduk terus
          meningkat demikian  pula dengan  kebutuhan  pangannya.  Dalam
          hal  ini, penyelesaian permasalahan  dilakukan  melalui  pendekatan
          penyusunan kebijakan  yang mampu menjawab beberapa  aspek
          permasalahan dalam suatu alur yang berkelanjutan.

             Selain diidentifikasi dan digambarkan  melalui  DPSIR,
          pengembangan  pertanian  vertikal di  Indonesia dapat diuraikan
          dan  dianalisis  dengan  metode  SWOT  (Strengths, Weakness,
          Opportunities, Threats). Hasil dari analisis ini dapat digunakan untuk
          mempertimbangkan berbagai hal yang kemungkinan dibutuhkan atau
          harus dihindari dalam penetapan kebijakan atau program yang akan
          dilaksanakan. Adapun hasil analisis SWOT terhadap pengembangan
          pertanian vertikal di Indonesia dijabarkan pada Tabel 2.

              Tabel 2. Analisis SWOT Pengembangan Pertanian Vertikal
                                   di Indonesia
               Strengths (Keunggulan)         Weakness (Kelemahan)
          1.  Peningkatan produktivitas   1.  Pembangunan awal yang
             pertanian yang maksimal dari   kemungkinan memakan biaya
             pemanfaatan ruang (lahan) yang   yang tinggi;
             minimal;                    2.  Minimnya riset atau penelitian
          2.  Kawasannya dapat dikembangkan   lebih lanjut terkait pengembangan
             di kawasan perkotaan;          kawasan pertanian berbasis
          3.  Pertanian menjadi minim akan   vertikal;
             serangan hama (karena dilakukan  3.  Penyerbukan yang lebih sulit
             di dalam ruangan);             dilakukan karena tidak ada
          4.  Dapat dimaksimalkan masa      serangga;
             panennya per tahunnya;      4.  Biaya operasional dan
          5.  Memberikan surplus terhadap   pemeliharaan yang belum
             ketahanan pangan regional.     diestimasi;
                                         5.  Keberadaan teknologi pendukung
                                            pertanian vertikal yang belum
                                            memadai.





                                   Konsep Pengembangan Kebijakan Pertanian Vertikal   109
                                                     I Putu Gde Yoga Sugiri
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129