Page 167 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 167

secara kronologis dalam “chain,” membuat manipulasi data hampir
          mustahil.  Penelitian  oleh  Anand  dan Gupta  (2020) menunjukkan
          bahwa implementasi blockchain  dalam administrasi  tanah  dapat
          mengurangi  risiko korupsi hingga 40% (Anand  and  Gupta, 2020).
          Contoh implementasinya  dapat  dilihat  di beberapa negara. Di
          Georgia, pemerintah telah menggunakan blockchain untuk mencatat
          transaksi tanah sejak 2016.  Hasilnya, waktu yang dibutuhkan untuk
          proses  verifikasi  tanah  berkurang  dari 30 hari menjadi 10 menit
          (Forbes,  2019).  Sementara  itu,  di Rwanda,  teknologi  geospasial
          digunakan untuk pemetaan  tanah  guna  mendukung reformasi
          agraria, menghasilkan peta yang membantu lebih dari 11 juta orang
          mengklaim hak kepemilikan mereka (World Bank, 2020).


























             Penerapan teknologi blockchain dalam sektor agraria melibatkan
          beberapa langkah  kunci  yang  dapat meningkatkan  transparansi,
          keamanan,  dan  efisiensi.  Langkah  pertama adalah digitalisasi data
          tanah, mengkonversi catatan kepemilikan dari format fisik ke digital
          dan mencatatnya  dalam blockchain  sebagai blok  yang  tidak  dapat
          diubah. Setiap transaksi tanah diverifikasi melalui jaringan blockchain,
          memastikan keabsahan dokumen dan menciptakan jejak audit yang



          152   Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
                untuk Mewujudkan Suistainable Development Goals
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172