Page 193 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 193

Marga Manafe, Marga  Tausbele, Marga Laikingis,  dan Marga Lasi
          Laikopan. Kepemilikan tanah sekelompok marga tersebut sebagian
          besar diperoleh dengan cara waris atau  merupakan  pembagian
          dari  kepala marga  dan  disetujui  oleh keluarga  yang bersangkutan.
          Pewarisan hak kepemilikan atas tanah harus didasarkan pada norma
          hukum yang tercantum dalam  Undang-Undang  Pokok Agraria dan
          peraturan  turunannya,  khususnya  Peraturan  Pemerintah  Republik
          Indonesia Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam
          konteks ini, Pasal 20 ayat (1) menetapkan bahwa penerima hak milik
          atas  tanah  yang baru harus memiliki kewarganegaraan Indonesia
          sesuai  dengan  peraturan  dalam Pasal  9 Undang-Undang  Nomor
          5  Tahun 1960  tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok  Agraria  dan
          Pasal  21  ayat (1)  UUPA. Pasal  tersebut menegaskan bahwa hak
          milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh warga Negara Indonesia
          tanpa  membedakan antara  laki-laki dan  perempuan,  sehingga
          semua individu memiliki  peluang  yang  setara  untuk memperoleh
          hak atas tanah dan mengambil manfaat serta hasilnya, baik untuk
          diri  sendiri  maupun keluarganya (Pratiwi  et  al.,  2021).  Namun,
          perbedaan  pandangan  sejarah ataupun asal  –  usul  kepemilikan
          tanah obyek tanah yang sama sering menimbulkan tumpang tindih
          kepemilikan dan saling klaim terhadap penguasaan tanah tersebut.
          Hal tersebut  yang  menyebabkan terjadinya  sengketa tanah  marga.
          Meskipun demikian,  terdapat  beberapa  sengketa  tanah  marga di
          Desa Bokonusan ini  yang  sudah menemukan  penyelesaian  setelah
          mengajukan gugatan  sampai di  pengadilan.  Salah  satu contohnya
          adalah sengketa tanah marga antara Marga Beeh dengan Marga Lola
          yang menurut Keputusan Pengadilan Negeri Tingkat I Kupang Nomor
          41/Pdt/1969 tanggal 22 Oktober 1969 dimenangkan oleh Marga Beeh.
          Dari hasil  tersebut  pelaksanaan  legalisasi  hak  atas  tanah  melalui
          program Pendaftaran  Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang  telah
          dilakukan pada obyek tanah yang disengketakan dapat dilaksanakan
          dengan baik. Selain itu, tidak sedikit juga obyek tanah yang masih
          disengketakan  oleh  sekelompok marga  di Desa Bokonusan belum



          178   Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
                untuk Mewujudkan Suistainable Development Goals
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198