Page 60 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 60

eigendom-nya adalah kepunyaan negara”.  Tentu saja negara dimaksud
                                                    27
             adalah Pemerintah Kolonial, dan menjadi tidak berlaku hukum adat
             di Indonesia karena klaim hukum Barat atas tanah Hindia Belanda.
             Menurut C. van Vollenhoven, hak ulayat yang dimiliki sebagai salah
             satu hak adat Hindia Belanda adalah tanah, dan hak menguasai itu
             tidak diartikan dalam pengertian yang mutlak, kekuasaan masyarakat
             hukum adat tidak sampai pada kekuasaan untuk menjual tanah di
             wilayahnya.  Artinya hak adat ini jika berhadapan dengan hukum
                         28
             Barat menjadi sangat lemah. Sekalipun teori Domein Verklaring ini
             menimbulkan perdebatan yang cukup hebat untuk diberlakukannya
             di Hindia Belanda, akan tetapi praktiknya Pemerintah Kolonial tetap
             menjalankannya yang mereduksi secara hebat hak-hak adat yang

             berlaku di Indonesia, terutama untuk wilayah-wilayah otonom seperti
             daerah Swapraja. 29


             B.  Panitia Agraria: Spirit Menata Hukum Agraria
                   Indonesia

                   Sebagaimana ditegaskan diawal, para pendiri negara memiliki
             mimpi untuk menciptakan Hukum Tanah Nasional sebagai respon
             atas produk-produk hukum Barat yang dianggap tidak cocok untuk
             kehidupan nasional bahkan cenderung merugikan. Oleh akrena itu,
             setelah Indonesia merdeka, Sukarno ingin mewujudkan cita-cita
             sebagaimana yang pernah ia sampaikan di depan Pengadilan Kolonial
             dengan “Indonesia Menggugat”-nya. Pembentukan Panitia Agraria
             hanya satu upaya dalam menata pertanahan, sekalipun itu baru mimpi,


                   27 Untuk penjelasan tentang Domeinverklaring lihat kajian menarik Herman
             Soesangobeng, Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria, Yogyakarta:
             STPN Press, 2012, hlm. 39. Menurut Herman Soesangobeng, dasar teori anggapan tanah
             daerah taklukan, yang dalam ajaran hukum Romawi disebut agri limitati (tanah taklukan) dan
             oleh penguasa Belanda disebut gekonquesteert gebied, itulah yang dijadikan alasan pengesahan
             hukum (rechts titel) bagi kepemilikan negara atas tanah di Jawa dan Madura. Alasan konsep
             hukum ini pulalah yang kemudian dibakukan dalam Pasal 1 Agrarisch Besluit 1870 (S. 1870 No.
             118), menjadi ajaran, asas serta teori domeinverklaring (Pernyataan Hak Milik Negara).
                   28 C. van Vollenhoven, Indonesia dan Tanahnya, Yogyakarta: STPN Press, 2013, hlm. 7.
                   29 Lihat ulasan perdebatan tentang teori Domein Verklaring berbagai pakar tanah adat
             Belanda dalam kajian Herman Soesangobeng, Op.Cit., hlm. 157-163.


                                   Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria  29
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65