Page 94 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 94

nyawa dari kerja-kerja lembaga agraria di bidang pendaftaran tanah
             di daerah. Untuk hal ini sedikit lebih mudah karena pada tahun 1958
             Menteri Agraria sudah mengeluarkan Keputusan Menteri Agraria No.
             Sk/50/Ka tahun 1958 tentang Susunan Jawatan Pendaftaran Tanah.
             Kehadiran PP 10/1961 sudah langsung bisa dikerjakan karena perangkat
             kelembagaannya sudah tersedia. Penting untuk dipahami, sekalipun
             Keppres No. 55/1955 sudah menyebut tentang pendaftaran tanah
             namun prakteknya tidak serta merta pendaftaran tanah bisa dilakukan
             oleh Kementerian Agraria, hal itu disebabkan karena jawatan
             pendaftaran tanah masih berada di bawah Departemen Kehakiman.
             Sejak dikeluarkannya Keppres No. 190/1957 barulah disatukan ke dalam
             Kementerian Agraria.

                   Menurut Boedi Harsono, jawatan pendaftaran tanah tidak mudah
             dilakukan oleh daerah karena sifatnya yang rumit dan harus dilakukan
             secara hati-hati. “Eigendomskadaster harus dilakukan secara teliti
             untuk mencapai kepastian hak atas tanah. Perlu diketahui dan dapat
             ditetapkan dengan teliti dan tepat batas-batas dan luas tanah yang
             bersangkuta. Untuk kepastian hukumnya perlu pula ada kepastian
             siapakah yang berhak atas tanah itu. Berhubungan dengan itu maka
             eigendomskadaster memerlukan keahlian dan peralatan yang jauh
             lebih sempurna, karena tujuannya adalah untuk kepastian hukum”.
                                                                               69
             Karena kerumitan dan dibutuhkan keahlian itu pula, pendaftaran
             tanah setelah terbit peraturan menteri tentang tata cara pendafataran
             tanah pada tahun 1959 belum bisa dilakukan secara luas, sebab
             dibutuhkan tenaga yang memadai untuk mengerjakannya.

                   Sebelum Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun 1958 TLN
             No. 1885 keluar, perdebatan tentang pendaftaran tanah ada pada
             eigendomskadaster dan fiscaalkadaster. Pendaftaran tanah masih
             dilihat semata dari tujuannya untuk menentukan cara dalam
             melakukannya. Kadaster fiskal yang sudah dilakukan bertujuan
             untuk pemungutan pajak tanah, dahulu dikenal dengan pajak bumi



                   69 Boedi Harsono, “Memperkenalkan Kementerian Agraria” (habis), Madjalah Agraria,
             Tahun. 1 No. 2 Mei, 1958, hlm. 42.


                                   Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria  63
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99