Page 107 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 107

108
          yang  merupakan  cikal  bakal  PTPN  V.  Karena diwarnai spirit
          populisme, maka wacana reforma agraria dengan  berbagai
          macam kebijakan yang menyertainya sangat tekun dilakukan di
          masa pemerintahan Orde Lama.
             Soekarno sebagai presiden  pertama Republik  Indonesia di
          era Orde Lama mendefinisikan UUPA sebagai sebuah basis hukum
          untuk perubahan revolusioner dalam hubungan-hubungan agra-
          ria kolonial  dan feodal. Soekarno dalam  slogan-slogan  yang
          digaungkannya menyebut reforma agraria yang dimaksud dalam
          UUPA merupakan langkah negara untuk menghapus keberadaan
          kelas tuan tanah agar tanah tidak menjadi alat penghisapan dan
                                                                       109
          peruntukkannya bagi  mereka yang  benar-benar menggarap.
          Namun, spirit populisme yang bermaujud dalam agenda reforma
          agraria periode  Soekarno tidak  berjalan  lama  dan  itupun
                                              110
          diwarnai berbagai macam rintangan.  Di pertengahan 1960-an
          pemerintahan Soekarno  berakhir, disertai  dengan berakhirnya
          kebijakan reforma agraria yang telah dimulai sejak akhir 1950-an.
             Setelah Orde Lama di  bawah pimpinan Soekarno  berakhir,
          maka lahir Orde Baru di Indonesia yang dipimpin oleh Soeharto.


          108   Fatimah Hijriyah H, “Strategi Peningkatan Harga dalam Penyediaan Tandan Buah Segar
            (TBS)  di  PKS  Lubuk  Dalam-PTPN  V  (Studi  Kasus  PKS  Lubuk  Dalam),”  Skripsi  Sarjana
            Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru, 2007, hlm. 30.
          109   Noer Fauzi Rachman, “The Resurgence of Land Reform Policy and Agrarian Movements in
            Indonesia,” Loc. Cit.
          110   Dalam laporan yang terbit pada 14 Januari 1965 disebutkan kesulitan-kesulitan dalam
            menerapkan  program  land  reform  atau  reforma  agraria,  di  antaranya;  1)  kelemahan
            dalam mendata surplus lahan sehingga menghambat redistribusi dan membuka jalan bagi
            pelanggaran dan pemalsuan, 2) hambatan dari beberapa kelompok yang dimotori tuan-
            tuan tanah, 3) masalah-masalah internal komite land reform seperti keterbatasan waktu
            kerja yang dimiliki, kurangnya dedikasi dan tanggungjawab anggota komite, dan infiltrasi
            dari kelompok yang berkepentingan menggagalkan program tersebut, 4) kesulitan bagi
            para wakil organisasi tani dalam memainkan peran di tubuh komite, 5) tekanan psikologis



         72   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112