Page 108 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 108

Pada periode Soeharto reforma agraria tidak lagi masuk ke dalam
           agenda utama pemerintah. Puncaknya, pada tahun 1971 negara
           menghentikan dana untuk membiayai program reforma agararia.
           Agenda nasional  fokus pada  proyek-proyek pembangunan
           besar. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini merupakan bentuk
           pengkhianatan pemerintahan Soeharto terhadap reforma agraria
           yang telah disepakati di awal 1960-an. 111

               Paul K. Gellert mengatakan tiga dekade kediktatoran otoriter
           di  bawah Presiden  Soeharto mengubah  segalanya, meskipun
           undang-undang  land  reform  (baca  juga: reforma  agraria) tidak
           dicabut. Namun, kebijakan agraria yang dibuat pemerintahan
           Soeharto sama sekali tidak menyentuh ranah reforma agraria. Di
           masa tersebut justru akumulasi primitif (primitive accumulation)
           menjadi penopang semua fase perkembangan kapitalis  dan
                                                   112
           bentuk  perusahaan swasta  dan negara.  Kebijakan-kebijakan
           agraria sering tidak menjadikan hukum agraria sebagai pedoman
                                                           113
           tetapi mengandalkan undang-undang kehutanan  dan Pasal 33
           Undang-Undang  Dasar 1945  yang  terkenal.  Berlandaskan  pada
           dua peraturan tersebut, pemerintah menegaskan klaimnya yang
           menganggap  seluruh tanah dan air di Nusantara  sebagai milik
           negara yang dapat digunakan kapanpun  dan bagaimanapun



              dan ekonomi dari pemilik tanah kepada petani agar mereka tidak menuntut hak-haknya,
              6)  kerancuan  dalam  menerapkan  hukum,  dan  7)  resistensi  para  tuan  tanah  akibat
              kegagalan pemerintah untuk memenuhi janjinya mengenai kompensasi. Lihat lebih lanjut
              dalam Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno Ideology and Politics, 1959-
              1965, Equinox Publishing, Jakarta & Singapore, 2006, hlm. 289-290.
           111   Emilianus  Yakob  Sese  Tolo,  “Reforma  Agraria  dan  Aliansi  Kelas  Pekerja  di  Indonesia,”
              Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, No. 3, 2013, hlm. 239.
           112   Paul K. Gellert, “Palm Oil Expansion in Indonesia: Land Grabbing as Accumulation by
              Dispossession,” Current Perspectives in Social Theory, Vol. 34, 2015, hlm. 78.
           113   Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan.



                                           Transformasi Agraria di Senama Nenek  73
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113