Page 18 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 18
Memakai teori struktur kesempatan politik, maka tesis Fikri
bisa terbaca dengan baik bahwa pada akhirnya masyarakat
Senama Nenek “berhasil” dalam merebut kembali lahannya yang
dikuasai oleh PTPN. Hal ini karena mereka mendapat dukungan
politik elit lokal ketika hidup dalam era otonomi daerah. Gubernur
Riau dan Bupati Kampar memberikan dukungan politik dengan
memfasilitasi mereka untuk mendapatkan perhatian khusus dari
Menteri BUMN agar tanah ulayahnya bisa dimiliki kembali. Selain
itu, seperti masyarakat lokal di berbagai daerah mereka semakin
berani melakukan demonstratif sebagai suatu usaha untuk
menekan perusahaan secara lebih keras sehingga memperoleh
kompensasi (Hudayana et. al, 2020). Akibatnya, demonstrasi
tahun 2013 yang sarat dengan tindak kekerasan aparat berhasil
memaksa negara untuk menuntaskan konflik agraria yang
diderita oleh orang Senama Nenek.
Fikri menganalisis lebih mendalam tentang mengapa negara
bisa dengan gampang mengusai tanah ulayat dan masyarakat
adat begitu sulit untuk mereklaim kembali tanahnya tersebut.
Kekuatan negara adalah pada kuasa untuk mengontrol hak atas
tanah melalui penggunaan pengaturan hukum dan perundang-
udangan yang dominatif, pemaksaan dengan cara kekerasan,
penggunaan kekutan pasar yang mengandalkan pada kekuatan
modal, dan legitimasi legal formal.
Dengan meminjam teori struktur kesempatan politik, maka
nampak bahwa tesis Fikri memperlihatkan “keberhasilan”
masyarakat adat Senama Nenek dalam mereklaiming tanah
ulayatnya karena peran presiden. Keberhasilan itu terjadi karena
presiden memiliki orientasi politik yang populis, dan menjelang
pemilihan presiden, Presiden Joko Widodo menyiapkan
Kata Pengantar xvii