Page 128 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 128
Sukarno. Landreform merupakan revolusi agraria dan mutlak
bagi revolusi. Ini tak dapat dilepaskan dari doktrin revolusi.
Revolusi kita adalah revolusi nasional dan demokratis untuk
mendirikan kekuatan gotong royong. Tujuan revolusi jangka
pendek ialah program kabinet kerja yang sederhana antara lain
sandang pangan, keamanan, dan melanjutkan perjuangan anti
imperialisme.
Ekonomi Indonesia warisan kolonial dan tidak dapat
disamakan dengan ekonomi negara lain, karena ekonomi warisan
kolonoal hanya menekankan ekspor lebih besar dari impor.
Apalagi di Indonesia tidak punya industri, hanya digunakan
sebagai pasar barang industri, seperti industri teksil dari
Nederland. Akibatnya, jika harga bahan ekspor dalam negeri
naik, maka nilai ekspor turun. Jika Indonesia konfrontasi dengan
Belanda, maka ekspor mereka akan terganggu. Negara luar
senang karena buruh di Indonesia dihargai sangat murah, dan
terus mengimpor beras sejak kemerdekaan. Tiap tahun impor
beras naik mulai 1-2 juta ton. Bahkan Indonesia terpaksa membeli
beras dari negara Arab yang berpadang pasir. Hal ini harusnya
bikin Indonesia malu. Juga beras dari negara sosialis seperti Rusia
dan RRC, yang dimakan adalah beras kapitalis.
Ini akibat dari politik peninggalan Belanda karena tanah
yang dikuasai Belanda merupakan wilayah atau hak doemen
negara Belanda. Ini adalah doemen begensel yang menjadi
landasan politik agraris dan ekonomi. Rakyat hanya memakainya
dan tidak berhak atas hak oigendoom. Lalu Belanda menjual
tanah itu atau memberikan hak atas tanah kepada bangsa asing
untuk menanamkan modal perkebunan besar di Indonesia. Maka
muncullah tanah partikelir, tanah hak erpacht, tanah dengan hak
erpacht untuk kleirw landbow.
Menurut Sukarno dalam Indonesia Menggugat, tercatat
harta milyaran rupiah keluar tiap tahun. Misalnya tahun 1927
pengeluaran kopi 74 juta gulden, teh 90 juta, tembakau 170
Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agrariia, 1948-1965 117