Page 33 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 33

relevansi ketika Indonesia Merdeka. Salah satu point penting dalam
            dalam menata persoalan agraria pasca Indonesia merdeka adalah
            menempatkan (mengkaji ulang) persoalan hukum dan kebijakan
            agraria yang berlaku pada periode kolonial. Tidak saja menghapus
            produk hukum yang merugikan Indonesia tetapi dilandasi penataan
            persoalan tanah yang berkeadilan. Sukarno memahami betul apa yang
            ia kritik dari Agrarische Wet sehingga ia membentuk kepanitiaan
            agraria dalam rangka menyusun hukum-hukum yang terkait dengan
            pertanahan. Langkah pertama yang dilakukan oleh Sukarno adalah
            membentuk “Panitya Tanah Conversie” dengan penetapan presiden
            tanggal 6 Maret 1948. Panitia ini kemudian berhasil mengeluarkan
            produk UU No. 13 Tahun 1948 yang isinya tentang Perubahan

            Vorstenlands Grondhuureglement. UU ini merupakan tuntutan dari
            para petani Yogyakarta dan Surakarta yang menghendaki pembagian
            tanah yang telah bebas dari perusahaan pertanian. Tuntutannya
            agar pemerintah membebaskan hak-hak istimewa yang diberikan
            kepada perusahaan-perusahaan pertanian yang sering disebut
            conversie sebagaimana diatur dalam pasal 5 dari Voerstenlands
            Grondhuurreglement.
                                  30
                 Setelah selesai kepanitiaan conversie, lalu surat Mendagri yang
            sejak tahun 1948 mulai mengurus kelembagaan pertanahan berkirim
            surat No. H 15/3/7 tanggal 28 April 1948 kepada Presiden Sukarno
            yang berkedudukan di Yogyakarta, agar membubarkan “Panitia Tanah
            Conversi” sekaligus membentuk “Panitia Agraria”. Dalam penjelasan
            surat tersebut Menteri Dalam Negeri Sukiman menyampaikan:


                 … “Mengingat pentingnya peninjauan lebih lanjut dari peraturan-
                 peraturan yang kini masih berlaku mengenai pemakaian tanah pada
                 umumnya, dan pemakaian oleh perusahaan-perusahaan bangsa asing
                 pada khususnya, misal persewaan tanah (grondhuurordonnantie),
                 erfpacht, concessie, tanah partikelir, dsb, maka berhubung



                 30 Lihat selengkapnya UU No. 13 Tahun 1948 tentang Perubahan Vorstenlandsch
            Grondhuurreglement beserta penjelasan rincinya pasal demi pasal. Lihat juga dalam
            Mochammad Tauchid, Op.Cit., hlm. 518-525.


            22      Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38