Page 28 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 28

menyangkut pajak hasil pertanian yang diterapkan oleh VOC
             (Contigenten). Petani harus menyerahkan sebagian hasil pertaniannya
             kepada Kompeni tanpa dibayar. Di luar itu, pada masa VOC juga
             petani telah masuk dalam skema politik rente dan perdagangan yang
             diatur oleh Kompeni dan raja. Verplichte leverante, suatu bentuk
             ketentuan yang keputusannya dilakukan oleh Kompeni dan raja
             tentang kewajiban menyerahkan seluruh hasil panen kepada Kompeni,
             sementara harganya ditentukan secara sepihak. Inilah awal pertama
             interaksi pribumi dengan kolonial dalam persoalan tanah yang
             merugikan.

                   Setelah VOC bangkrut, muncul sistem penguasaan tanah yang
             jauh lebih kejam yakni sistem kolonial Belanda yang datang memang
             untuk menjajah dan mengeksploitasi bumi Nusantara. Persoalan
             penguasaan tanah langsung mengalami perubahan karena transaksi
             tanah dalam skala besar terjadi pada periode ini. Kita sering mengenal
             dengan nama tanah partikelir  yang kemudian dihapus keberadaanya
                                          22
             atas perintah UU 1/1958. Tanah partikelir dikenal pada periode
             Gubernur Jenderal Mr. Herman Willem Deandels (1808-1811). Dari
             tangannya muncul kebijakan politik pertanahan yang mengizinkan
             penjualan/sewa tanah dalam skala luas kepada pemodal kaya Cina,
             Arab, dan Belanda. Penjualan tanah dalam skala luas kepada pemilik
             modal besar inilah awal lahirnya tuan-tuan tanah di Indonesia (sistem
             feodal). Penjualan tanah model ini seperti “negara dalam negara”,
             karena tanah-tanah yang dijual kepada tuan tanah beserta apa yang
             ada di atasnya, sehingga menjadi konsekuensi masyarakat yang tinggal
             di atas tanah partikelir menjadi “budak” bagi tuan/pemilik tanah.

                   Deandles tidak lama berkuasa sebagai Gubernur Jenderal karena
             Sir Thomas Stanford Raffles masuk ke Nusantara dengan menerapkan
             sistem yang lebih baik yakni landrente, sewa tanah yang besarannya
             ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan jenis tanah: tanah sawah dan
             tanah kering. Bagi Raffles, semua tanah adalah eigendom gubernemen



                   22 Model penguasaan tanah ini kemudian dibatalkan oleh negara dengan terbitnya UU
             No. 1 tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir.


                                Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agrariia, 1948-1965  17
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33