Page 57 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 57

5.   Bahwa perundang-undangan nasional harus menjamin harga
                 econimisch dari tanah dalam masyarakat.

                 Lima pedoman di atas yang menjadi pegangan panitian dalam
            merumuskan pekerjaan yang menjadi tangungjawab dalam komisi-
            komisinya yang kemudian dibentuk Panitia-panitia adhoc. Panitia
            adhoc I dengan anggota Soemartojo (ketua), Moentoha dan Moh.
            Nasroen. Tugas panitia adhoc I merumuskan dasar-dasar Undang-
            undang Pokok yang kemudian hasilnya dilaporkan pada panitia:
            Pasal-pasal dari UUDS yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan
            UUPA yanitu Pasal 25 ayat 2, Pasal 26, 35, 37, 38, dan Pasal 131; soal-

            soal itulah yang perlu dimuat di dalam UUPA dengan disempurnakan
            sistematikanya. Bersamaan dengan dibentuknya Panitia adhoc I juga
            dibentuk Panitia adhoc II yang awalnya beranggotakan 3 orang, Mr.
            Soekanto (ketua), Mr. Soepangkat, dan S. Sardjono. Panitia ini awalnya
            bertugas menyusun penjelasan dan mengajukan saran-saran kepada
            Panitia agraria mengenai persoalan nomor 2-5 pedoman di atas.
            Namun kemudian tugasnya diperluas sampai pada menyiapkan segala
            sesuatu untuk memungkinkan disusunnya RUUPA. Karena perluasan
            tugas inilah kemudian jumlah anggota panitia adhoc II ditambah
            dengan SInggih Praptodihardjo, Soemartoyo, Moentoha, Mr. A.S.
            Soripada, Abdoelwasit Notojoeono, dan I.J. Kasimo. Hasil-hasil kerja
            panitia adhoc II ini disampaikan kepada panitia dalam 7 buah laporan.

                 Laporan yang disampaikan oleh panitia adhoc II mengenai
            sistematika UUPA serta hal-hal yang perlu diatur di dalamnya yaitu:

            1.   Penggunaa tanah dan fungsi sosial ekonomi;
            2.   hak atas tanah (hak milik, hak usaha, hak bangunan, hak-hak lain
                 yang tidak disebut di atas menurut hukum adat baik diseluruh
                 Indonesia aupun setempat);
            3.   Kekuasaan daerah-daerah swatantra untuk menggunakan tanah
                 di daerahnya;

            4.   Konversi hak-hak baru;
            5.   Hak negara atas tanah;



            46      Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62