Page 137 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 137

128    Himpunan Policy Brief


             adanya  koordinasi  antar  lembaga  di  luar  BPN,  secara  normatif  telah  diatur  dalam  peraturan
             perundang-undangan.  Semua  ini  untuk  memberi  kemudahan  dan  percepatan  dalam
             pendaftaran tanah di seluruh Indonesia.
                   Beberapa  permasalahan  penelitian  yang  manarik  untuk  digali  lebih  lanjut  mengenai
             kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), yaitu: 1)  hambatan pelaksanaan PTSL
             di  Kota  Bandung;  2)  kemungkinan  potensi  sengketa  dalam  pelaksanaan  PTSL  dengan
             membandingkan PP No. 24 Tahun 1997 dengan Permen ATR/ BPN tentang PTSL; 3) Dampak

             PTSL terhadap kondisi sosial ekomomi masyarakat.
                   Oleh sebab itu penting untuk 1) menganalisis faktor-faktor hambatan pelaksanaan PTSL
             di  Kota  Bandung;  2)  menganalisis  potensi  sengketa  dalam  pelaksanaan  PTSL  dengan
             membandingkan  PP  No.  24  Tahun  1997  dengan  Permen  ATR/BPN  tentang  PTSL;  3)

             menganalisis dampak PTSL terhadap kondisi sosial ekomomi masyarakat peserta PTSL.

             Strategi Percepatan PTSL di Kota Bandung
                    Pendaftaran  tanah  selain  berfungsi  untuk  melindungi  si  pemilik,  namun  juga
             mempunyai manfaat secara ekonomis dan sosial, karena pendaftaran tanah akan memberikan
             akses  yang  lebih  baik  terhadap  nilai  tanah,  naiknya  investasi,  naiknya  pendapatan  juga

             mudahnya pada lembaga kredit formal (Feder dan Nishio 1999, 25).
                   Pendaftaran tanah berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya,
             apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya (Chadidjah Dalimunthe
             2000, 132).  Jaminan  kepastian  hukum  yang  hendak diwujudkan  dalam  pendaftaran  tanah  ini
             meliputi kepastian status hak  yang didaftar, kepastian subjek hak, dan kepastian objek hak.

             Pendaftaran  tanah  ini  menghasilkan  sertipikat  sebagai  tanda  bukti  hak  bagi  pemilik  yang
             terdaftar.
                   Pendaftaran  tanah  hanya  suatu  cara  untuk  mencapai  tujuan,  dan  bukanlah  ia  sebagai
             tujuan itu sendiri. Banyak waktu, tenaga, biaya dan usaha telah dikorbankan, tetapi akan hanya
             sia-sia  apabila  ada  kebenaran  fakta  yang  sederhana  dilupakan.  (Simpson  dalam  Feder  dan
             Nishio,  1999:  25).  Peringatan  Simpson  tersebut  tidak  terkecuali  pada  pelaksanaan  PTSL

             tentunya.  Pendaftaran  Tanah  Sistematik  Lengkap  adalah  kegiatan  Pendaftaran  Tanah  untuk
             pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh
             wilayah  Republik  Indonesia  dalam  satu  wilayah  desa/kelurahan  atau  nama  lainnya  yang
             setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data
             yuridis  mengenai  satu  atau  beberapa  obyek  Pendaftaran  Tanah  untuk  keperluan

             pendaftarannya  (Pasal  1  ayat  (2)  Permen  ATR/KBPN    No  12  Tahun  2017).  Dengan  obyek
             pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, meliputi seluruh bidang tanah tanpa
             terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah hak,
             baik  merupakan  tanah  aset  Pemerintah/Pemerintah  Daerah,  tanah  Badan  Usaha  Milik
             Negara/Badan Usaha Milik Daerah, tanah desa, Tanah Negara, tanah masyarakat hukum adat,
             kawasan hutan, tanah obyek landreform, tanah transmigrasi, dan bidang tanah lainnya. Juga
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142