Page 167 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 167

PENEGASAN STATUS HUKUM TANAH  PASCA TAMBANG

                                           Tjahjo Arianto, Tanjung Nugroho


             Ringkasan Eksekutif

             Mineral  dan  batubara  yang  terkandung  dalam  wilayah  hukum  pertambangan  Indonesia
             merupakan kekayaan alam, oleh karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk
             memberi  nilai  tambah  secara  nyata  bagi  perekonomian  nasional  dalam  usaha  mencapai
             kemakmuran  dan  kesejahteraan  rakyat  secara  berkeadilan.  Hukum  di  Indonesia  mengatur

             bahwa orang atau badan hukum yang menguasai atau memiliki bidang tanah yang di dalam
             tanah  tersebut  ditemukan  endapan  alam  bahan  tambang  harus  merelakan  tanahnya  untuk
             dikuasai oleh Negara sebagai wujud tanah mempunyai fungsi sosial.
                   Hubungan antara Izin Usaha Pertambangan dengan pemilikan tanah dan  hak atas tanah
             tidak dapat  dipisahkan. Perorangan  atau  badan hukum  yang  akan  melakukan  penambangan
             harus   lebih  awal  mengetahui    status hukum  tanah  yang  akan  ditambang,  apakah  statusnya

             tanahnya  merupakan  pemilikan  tanah,  penguasaan  tanah  negara,  pemegang  hak  atas  tanah
             sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 atau tanah Negara. Status hukum
             tanah  atau  kepemilikan  tanah  saat  penambangan  akan  sangat  berpengaruh  dengan
             pelaksanaan reklamasi tanah pasca tambang saat berakhirnya Izin Usaha Pertambangan.


             Status Hukum Bidang   Tanah Saat Penambangan
                   Apabila  Izin  Usaha  Pertambangan  (IUP)  telah  diberikan  maka  pemilik  tanah  dan  atau
             pemilik hak atas tanah. bila di areal pertambangan terdapat kepemilikan tanah dan atau hak
             atas tanah maka terdapat dua pilihan bagi pemilik tanah untuk tereklusi dari tanahnya. Bagi
             pemilik tanah dapat melepaskan secara penuh kepemilikannya atau melepaskan hak itu untuk
             sementara  waktu  selama  pemegang  kuasa  pertambangan  melakukan  eksplorasi  bahan

             tambang. Bila pilihan pertama yang dikehendaki pemilik tanah, maka mekanismenya melalui
             lembaga pelepasan hak.  Status hukum tanah itu dengan demikian menjadi tanah yang dikuasai
             Negara.  Bila  pilihan  kedua  yang  dikehendaki  pemilik  tanah  maka  dibuat  perjanjian  antara
             pemilik  tanah  dengan  pemegang  kuasa  pertambangan  yang  isinya  apabila  selesai  eksplorasi
             bahan tambang tanah dikembalikan ke pemilik tanah dalam keadaan seperti semula atau sesuai

             kehendak pemilik tanah.
                   Bila  di  areal  pertambangan  terdapat  pemilikan  tanah  maka  pemegang  kuasa
             pertambangan harus memberi ganti rugi. Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang
             Ketentuan-Ketentuan  Pokok  Pertambangan  pada  kalimat  terakhir  berbunyi  ….  “Untuk
             penggantian  sekali  atau  selama  hak  itu  tidak  dapat  digunakan”.  Dari  kalimat  terakhir  dapat
             diambil  pengertian  bahwa  hak  atas  tanah  tidak  dapat  digunakan  selama  eksplorasi

             pertambangan, oleh karena itu pemberian hak atas tanah percuma saja diberikan karena tidak
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172