Page 80 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 80

Permasalahan dan Kebijakan Agraria, Pertanahan, dan Tata Ruang di Indonesia     71


                  pengadaan tanah untuk kegiatan pembangunan dengan cara jual beli sebagaimana diatur
                  dalam Perpres No 40 tahun 2014 serta Pasal 11 ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2012
                  yang  menjadikan  instansi  pemerintah  sebagai  pemilik  tanah  sangatlah  bertentangan
                  dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan ketentuan Pasal 2 UUPA tahun
                  1960”.(Litigasi, Vol. 16(1), 2015, 2781-2804).
                     Oleh karena itu sangat riskan gugatan jika pengadaan tanah skala kecil tidak melibatkan
             tim penilai tanah. Sehingga untuk efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan tanah skala kecil

             perlu  diatur  mengenai  pengadaan  jasa  penilai  pertanahan  dengan  melalui  lelang  atau
             penunjukan  langsung.  Seperti  dalam  kasus  dugaan  korupsi  pengadaan  tanah  untuk  ruang
             terbuka hijau di Pemerintah Kota Bandung tahun anggaran 2012-2013. Dimana dalam kasus ini
             disinyalir  ada  penggelembungan  anggaran  dikarenakan  pembelian  lahan  melalui  makelar.

             Tentunya  penggunaan  makelar  otomatis  akan  membebankan  anggaran  Negara  untuk  fee
             makelar.  Hal  ini  tentu  tidak  akan  terjadi  jika  proses  pengadaan  tanah  tidak  dengan  proses
             pembelian langsung.
                   Demikian  juga  yang  terjadi  di  kabupaten  Karawang,  yaitu  dalam  pengadaan  tanah
             Kampong  Budaya disinyalir  terjadinya  mark  up  pembelian  lahannya.  Pembelian  lahan  terlalu
             tinggi daripada harga rata-rata lahan di sana.

                   Dalam Perpres  No.  56 Tahun  2017    Penanganan  Dampak Sosial  Kemasyarakatan  Dalam
             Rangka Penyediaan Tanah Untuk Proyek Strategis Nasional. Dimana Penanganan Dampak Sosial
             Kemasyarakatan adalah penanganan masalah sosial dalam rangka pemindahan masyarakat yang
             menguasai  tanah  dikarenakan  proyek  pengadaan  tanah  pemerintah.  Dengan  adanya  tim
             penilaian  tanah  maka  biaya  untuk:  biaya  pembongkaran  rumah;  mobilisasi;  sewarumah;  dan

             tunjangan  kehilangan  pendapatan  dapat  dinilai,  sehingga  pihak  instansi  yang  memerlukan
             tanah  memasukan  biaya tersebut di atas dalam anggaran, sehingga pertanggung  jawab untuk
             masalah keuangan dapat dipertanggungjawabkan.

             b.  Problem pada Masyarakat sebagai pihak yang berhak
                   Kendala selanjutnya kepada pihak yang berhak atau masyarakat yang memiliki tanah yang

             tanahnya terkena proyek pembangunan skala kecil untuk kepentingan umum,  tidak dilakukan
             sosialisasi dalam penentuan Lokasi.
                   Apabila  kita  persandingkan  dengan  mekanisme  pengadaan  tanah  skala  besar  (di atas  5
             hektar)  penentuan  lokasi  pengadaan  akan  ditindak  lanjuti  dengan  pemberitahuan  rencana
             pembangunan, pendataan awal, dan konsultasi publik.

                   Pemberitahuan  rencana  pembangunan,  dalam  mekanisme  ini  merupakan  mekanisme
             yang sangat penting untuk menentukan keselarasan antara pembangunan dengan kepentingan
             masyarakat  serta  menjadi  wadah  bagi  pemerintah  untuk  mendapatkan  persetujuan  serta
             pemahaman  masyarakat  sehingga  tidak akan  menimbulkan penolakan ataupun  tindakan  lain
             yang dapat menghalangi kelak dalam proses pembangunan.
                   Tanah seluas 5 hektar dalam realitasnya dapat digunakan untuk pembangunan fisik dan

             kegiatan yang menimbulkan dampak besar bagi masyarakat, karena tanah seluas 5 hektar masih
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85