Page 76 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 76

Permasalahan dan Kebijakan Agraria, Pertanahan, dan Tata Ruang di Indonesia     67


                 3.  di  atas  HPL  tersebut  kemudian  diterbitkan  HGB  atas  nama  perusahaan  swasta  yang
                     menanggung biaya pembebasan tanah;
                 4.  seluruh  sertipikat  HPL  atas  nama  Pemerintah  Kabupaten  Belitung  tidak  ditemukan
                     keberadaannya;
                 5.  Perusahaan  swasta  pemegang  HGB  mengajukan  gugatan  perdata  pada  Pemerintah
                     Kabupaten Belitung;
                 6.  DPRD Kabupaten Belitung memberikan rekomendasi pelepasan HPL;

                 7.  Pemerintah  Kabupaten  Belitung  berdasarkan  Mediasi  di  Pengadilan  melakukan
                     Pelepasan HPL di hadapan Notaris;
                 8.  Otoritas  Pertanahan  melalui  2  (dua)  pejabat  Eselon  II  yang  berbeda  di  Pusat
                     memberikan  pendapat  yang  berbeda  sehubungan  dengan  pelepasan  HPL  tersebut,

                     yaitu:
                     a.  Satu pendapat mengatakan bahwa dengan dilepaskannya HPL maka HGB yang ada
                        di atasnya juga menjadi hapus;
                     b.  Pendapat  lain mengatakan  (setelah mendengar keterangan  ahli)  bahwa pelepasan
                        HPL tidak mengakibatkan HGB di atasnya menjadi hapus.
                 9.  Setelah  dilakukan  pelepasan  HPL  dilakukan  penggantian  blanko  sertipikat  HGB,  dan

                     pada blanko yang baru HGB tersebut tertulis tidak lagi di atas HPL, namun HGB di atas
                     Tanah Negara.
                     Rangkaian  peristiwa  tersebut  menunjukkan  bahwa  pemerintah  daerah  tidak
             mempunyai  kemampuan  finansial  yang  cukup  untuk  menguasai  tanah-tanah  yang  menjadi
             ‘miliknya’.  Selain  itu  terdapat  kekurangmampuan  SDM  dalam  mengelola  administrasi

             pertanahan.  Di  sisi  lain,  kurangnya  koordinasi  dan  pemahaman  tentang  Hukum  Pertanahan
             dari Otoritas  Pertanahan  baik di  tingkat  Pusat  maupun  di daerah  mengakibatkan  terjadinya
             ‘kekeliruan’ dalam menerapkan ketentuan terkait dengan Hak Pengelolaan.

             Rekomendasi
             1.  Pemerintah/Pemerintah  Daerah  perlu  diperkuat  kapasitasnya  untuk  mencegah  terjadinya

                pelepasan HPL ‘milik’ Pemerintah/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
             2.  Aparat  Pertanahan  seyogianya  mempunyai  pemahaman  yang  sama  tentang  persoalan
                pertanahan, khususnya dalam menyelesaikan kasus-kasus pertanahan.



             Referensi
             Brown,  D  1996,  Land  Acquisition:  an  examination  of  the  principles  of  law  governing  the
                   compulsory acquisition or resumption of land in Australia and New Zealand,  Butterworths.
             Gunanegara  2006,  ‘Pengadaan  tanah  oleh  negara  untuk  kepentingan  umum’,  Disertasi,
                   Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81